Uji coba sistem pendaratan ke Mars yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat berakhir dengan mengecewakan, Senin (9/6), ketika kendaraan berbentuk piring tersebut gagal membentangkan parasutnya di atas Samudera Pasifik.
Ini adalah upaya kedua para insinyur NASA menguji sistem parasut baru. Masalah serupa juga menimpa uji coba perangkat ini Juni tahun lalu.
NASA berharap konsep ini akan dapat merevolusi eksplorasi planet.
Setelah beberapa kali mengalami penundaan akibat cuaca terkait, balon helium terbesar di dunia tersebut diluncurkan dari pangkalan militer di Hawaii untuk menguji perangkat seperti piring yang disebut Low-Density Decelerator Supersonic (LDSD). LDSD ini dirancang untuk menyelidiki dan menguji terobosan teknologi untuk misi pendaratan robot dan manusia di Mars, dan kembali dengan muatan besar ke bumi dengan aman.
"Teknologi baru ini diperlukan untuk mendarat dengan materi sejumlah lima metrik ton, sementara untuk misi manusia, mungkin 30 ton metrik ton di permukaan dan seterusnya. Jadi, parasut yang kita gunakan hari ini dapat meningkatkan kinerja pendaratan materi hingga 100 sampai 200 persen, dan itu benar-benar penting untuk tidak hanya meningkatkan misi robot masa depan, namun juga eksplorasi manusia ke Mars," kata Steve Jurczyk dari Direktorat Misi Teknologi Antariksa, NASA.
Para ilmuwan mengatakan dengan tipisnya atmosfer tipis di sekitar Mars, dibutuhkan parasut sangat kuat untuk pendaratan pesawat ruang angkasa yang berat dan bergerak cepat.
"Ketika kami mulai berpikir tentang misi-misi generasi mendatang yang akan lebih canggih, lebih menarik, dan lebih berani, kami mulai menyadari bahwa kita tidak memiliki teknologi untuk mendaratkan perangkat tersebut, dan kami harus mulai hari ini, mulai mengembangkan teknologi tersebut. Hal-hal seperti perangkat tarik tiup, yang dapat mengembang dengan kecepatan suara," jelas Ian Clark dari laboratorium jet NASA.
Parasut yang diuji coba hari Senin (8/6) memiliki diameter 30 meter. "Piring terbang" itu berbobot lebih dari 3.000 kilogram, sekitar dua kali berat dari jenis robot rover pesawat ruang angkasa NASA yang saat ini dapat mendarat di Mars.