Suratno, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah mengatakan uji coba pengaturan permukaan air di bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso milik PT. Poso Energy, mengakibatkan air Danau Poso naik hingga 50 sentimeter dan menggenangi areal persawahan sekitar.
Menurutnya, air dari Danau Poso itu merendam sekitar 426 hektare areal persawahan yang tersebar di 16 desa di kecamatan Pamona Puselemba, Pamona Barat, Pamona Selatan dan Pamona Tenggara. Tingginya intensitas hujan di pegunungan juga ikut meningkatkan debit air pada enam anak sungai yang bermuara di Danau Poso.
“Karena sekarang ini agak tinggi mungkin ada yang melaporkan lebih karena debit air di danau itu agak naik memang,” kata Suratno kepada VOA saat dihubungi Kamis (5/11).
Suratno mengatakan Poso Energy sudah melengkapi perizinan dan persyaratan untuk uji coba tersebut. Pemerintah Kabupaten Poso, imbuh Suratno, terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan PT Poso Energy untuk memastikan ada solusi sehingga petani tidak dirugikan.
Selain merendam areal persawahan, air dari Danau Poso juga merendam lokasi pengembalaan ternak kerbau warga di desa Tindoli dan Tokilo.
Terendam Sejak Juli
I Gede Sukaartana, Kepala Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, mengatakan akibat luapan air Danau Poso, sekitar 90-an hektare areal persawahan di desa itu tidak dapat diolah sejak Juli. Biasanya, tutur I Gede Sukaartana, air danau hanya menggenangi persawahan pada April hingga Juni, seiring dengan musim hujan. Sawah akan mengering dan siap ditanami pada Juli.
“Sekarang ini ketika air danau tidak surut, bulan-bulan ini. Itu jadi pertanyaan besar sama warga. Kenapa jadi seperti ini? Curah hujan sudah kurang, sudah mulai kemarau. kok airnya tidak turun begitu?,” ujar I Gede Sukaartana.
Terendamnya areal persawahan berdampak pada 150 keluarga petani yang mengandalkan pendapatan dari bertani. Di desa itu, petani hanya bisa menanam padi satu kali dalam satu tahun. Saat panen, satu hektare sawah rata-rata mampu menghasilkan 5 ton beras, yang jika dijual setara Rp25 juta.
I Gede Sukaartana berharap ada solusi bagi petani yang kini gagal menanam padi pada musim tanam tahun ini.
Dia khawatir bila situasi itu berlarut-larut tanpa ada solusi, akan menambah jumlah keluarga miskin di desa itu. Saat ini dari jumlah 877 keluarga, 346 di antaranya adalah keluarga miskin.
“Pada dasarnya kami petani tidak menghalangi pembangunan. Seperti listrik itu kan memang dibutuhkan. Kemudian kalau misalnya akibat daripada perusahaan ini supaya ada listrik dan lain-lain harus dibangun, tapi harus dipertimbangkan juga jangan kami petani yang harus dikorbankan,” ujarnya.
Uji Coba Hingga Desember
Irma Suriani, Head of Environmental, Forestry & CSR Department PT. Poso Energy mengatakan uji coba pintu air PLTA Poso dimulai April dan akan berlangsung hingga Desember 2020. Artinya, percobaan berlangsung pada saat curah akibat fenomena La Nina. Hal ini akan mempengaruhi kenaikan muka air danau.
Dia menjelaskan muka air danau naik 30-50 centimeter saat pintu air ditutup mulai pukul 06.00 hingga pukul 17.00 WITA. Namun muka air akan turun ketika pintu air dibuka pada pukul 17.00 hingga pukul 06.00 WITA.
“Jadi pengaruh yang ada ataupun itu pengaruh peternakan, sawah, sedang kami pelajari sebenarnya perilaku air seperti apa ditambah dengan kondisi La Nina,” jelas Irma kepada VOA.
Uji coba itu untuk mendapatkan data kebutuhan air untuk operasional turbin PLTA Poso 1 yang akan beroperasi pada Januari 2022. PLTA Poso 1 berkapasitas 130 MW. Pembangkit baru itu akan melengkapi PLTA Poso Dua yang telah beroperasi sejak 2012. Total kapasitas maksimum keduanya mencapai 515 MW.
Irma mengakui luapan air danau akibat uji coba itu merendam areal persawahan, tetapi tidak sebesar angka yang diklaim masyarakat. Menurut pendataan PT Poso Energy, areal persawahan yang terendam berkisar antara 200 -300 hektare.
Menurut Irma, pihaknya sudah menyosialisasikan kemungkinan kenaikan muka air danau Poso tersebut kepada warga di 16 desa sejak Agustus 2020. Pihaknya juga menerima usulan dari 53 kelompok tani mengenai kegiatan yang bisa dilakukan selama persawahan mereka belum bisa diolah. Antara lain, bantuan bibit tanaman, pembuatan karamba ikan, dan relokasi lahan pengembalaan. [yl/ft]