SOLO, JAWA TENGAH —
Tiga orang petugas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemkot Solo mendampingi Ichsan Bayu Kurniawan, seorang siswa peserta Ujian Nasional Program Kesetaraan atau UNPK Kejar Paket B. Sambil berbaring di tempat tidur rumahnya di Mojosongo Solo, Selasa siang (6/5), Ichsan Bayu yang baru berusia 16 tahun ini menjawab satu persatu soal Naskah Ujian Nasional Program Kesetaraan Kejar Paket B tersebut.
Orang tua Ichsan Bayu, Atik Rahmawati mengatakan sejak dua tahun lalu anaknya tersebut mengalami lumpuh akibat tumor sumsum tulang belakang. Sambil matanya berkaca dan mengusap air mata, Atik hanya bisa mengamati anaknya mengerjakan Ujian Nasional paket B dari luar ruangan kamar.
Sesekali Atik masuk ke kamar untuk menyeka keringat dan memberi air minum kepada anaknya tersebut. Atik mengakui semangat belajar anaknya sangat tinggi meski dalam kondisi lumpuh.
“Setiap belajar, anak saya itu kesakitan. Kalau posisi duduk atau tiduran kan disini, itu rasanya sudah cenut-cenut. Ada bekas luka. Ichsan merengek Ujian Nasionalnya sambil tidur saja ya Ma, nggak apa-apa. Tapi saya tidak tega. Kalau duduk, dia nggak mau, sakit. Kepalanya jadi pening karena kebanyakan mikir, seluruh tubuhnya terasa sakit sedangkan dirinya sangat ingin belajar dengan nyaman,” kata Atik Rahmawati.
Berbagai cara dilakukan Anik dan keluarganya untuk mengobati Ichsan Bayu, anaknya. Keluar masuk rumah sakit dan memakan biaya puluhan juta rupiah dijalani Anik demi kesembuhan anaknya.
Dari pantauan di lokasi, tampak seorang petugas ujian membawa satu lembar jawaban dan Ichsan membawa soal naskah Ujian Nasional. Ichsan menyebutkan jawaban dan nomor urut soal, sedangkan petugas tersebut melingkari jawaban yang disebutkan Ichsan.
Tak hanya Ichsan yang menjalani Ujian Nasional di tengah keterbatasan. Sejumlah siswa di SMP Luar Biasa YKAB Solo juga menjalani Ujian Nasional tak seperti biasanya. Seorang guru pendamping di setiap siswa tuna netra ini membacakan soal naskah ujian nasional tingkat SMP. Juru bicara SMP Luar Biasa tersebut, Ali Sodron, mengatakan siswa tuna netra peserta UN tahun ini di sekolahnya tidak disediakan naskah berhuruf Braille.
“Ya SMP ini namanya SMPLB YKAB, khusus untuk tuna netra. Tahun ini yang ikut UN ada empat orang siswa. Dua laki-laki dan dua perempuan. UN SMP tahun ini tidak ada soal Braille, yang ada soal AWAS. Kami sudah sampaikan ke siswa peserta UN ini, bahwa untuk mengerjakan soal UN ini harus dibacakan oleh guru pendamping atau pengawas. Setiap anak didampingi satu orang guru," kata Ali Sodron.
"Sebetulnya setiap tahun kita sudah mengajukan perlunya soal naskah ujian berhuruf Braille. Tahun ini saja kok yang kemarin UN SMK/MA/SMA tidak ada soal Braille. Ini di UN SMPLB juga tidak ada. Saya tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Yang ideal itu, ya harus ada Naskah Soal berhuruf Braille," lanjut Ali.
Ujian Nasional tingkat SMP/ MTs di gelar secara serentak di Indonesia selama tiga hari. Sekitar 11 ribu siswa setingkat SMP/Mts di Solo mengikuti Ujian Nasional tersebut dan 103 peserta lainnya ikut UNPK Paket B.
Orang tua Ichsan Bayu, Atik Rahmawati mengatakan sejak dua tahun lalu anaknya tersebut mengalami lumpuh akibat tumor sumsum tulang belakang. Sambil matanya berkaca dan mengusap air mata, Atik hanya bisa mengamati anaknya mengerjakan Ujian Nasional paket B dari luar ruangan kamar.
Sesekali Atik masuk ke kamar untuk menyeka keringat dan memberi air minum kepada anaknya tersebut. Atik mengakui semangat belajar anaknya sangat tinggi meski dalam kondisi lumpuh.
“Setiap belajar, anak saya itu kesakitan. Kalau posisi duduk atau tiduran kan disini, itu rasanya sudah cenut-cenut. Ada bekas luka. Ichsan merengek Ujian Nasionalnya sambil tidur saja ya Ma, nggak apa-apa. Tapi saya tidak tega. Kalau duduk, dia nggak mau, sakit. Kepalanya jadi pening karena kebanyakan mikir, seluruh tubuhnya terasa sakit sedangkan dirinya sangat ingin belajar dengan nyaman,” kata Atik Rahmawati.
Berbagai cara dilakukan Anik dan keluarganya untuk mengobati Ichsan Bayu, anaknya. Keluar masuk rumah sakit dan memakan biaya puluhan juta rupiah dijalani Anik demi kesembuhan anaknya.
Dari pantauan di lokasi, tampak seorang petugas ujian membawa satu lembar jawaban dan Ichsan membawa soal naskah Ujian Nasional. Ichsan menyebutkan jawaban dan nomor urut soal, sedangkan petugas tersebut melingkari jawaban yang disebutkan Ichsan.
Tak hanya Ichsan yang menjalani Ujian Nasional di tengah keterbatasan. Sejumlah siswa di SMP Luar Biasa YKAB Solo juga menjalani Ujian Nasional tak seperti biasanya. Seorang guru pendamping di setiap siswa tuna netra ini membacakan soal naskah ujian nasional tingkat SMP. Juru bicara SMP Luar Biasa tersebut, Ali Sodron, mengatakan siswa tuna netra peserta UN tahun ini di sekolahnya tidak disediakan naskah berhuruf Braille.
“Ya SMP ini namanya SMPLB YKAB, khusus untuk tuna netra. Tahun ini yang ikut UN ada empat orang siswa. Dua laki-laki dan dua perempuan. UN SMP tahun ini tidak ada soal Braille, yang ada soal AWAS. Kami sudah sampaikan ke siswa peserta UN ini, bahwa untuk mengerjakan soal UN ini harus dibacakan oleh guru pendamping atau pengawas. Setiap anak didampingi satu orang guru," kata Ali Sodron.
"Sebetulnya setiap tahun kita sudah mengajukan perlunya soal naskah ujian berhuruf Braille. Tahun ini saja kok yang kemarin UN SMK/MA/SMA tidak ada soal Braille. Ini di UN SMPLB juga tidak ada. Saya tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Yang ideal itu, ya harus ada Naskah Soal berhuruf Braille," lanjut Ali.
Ujian Nasional tingkat SMP/ MTs di gelar secara serentak di Indonesia selama tiga hari. Sekitar 11 ribu siswa setingkat SMP/Mts di Solo mengikuti Ujian Nasional tersebut dan 103 peserta lainnya ikut UNPK Paket B.