Pemberontak pro-Rusia dan militer Ukraina sama-sama menolak untuk menarik kembali senjata mereka dari kota strategis di Ukraina timur, di mana pertempuran berlanjut meskipun sudah ada gencatan senjata yang ditengahi internasional.
Meskipun kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku hari Minggu itu telah meredakan pertempuran di beberapa zona perang, pertempuran tetap berlangsung di kota Debaltseve yang dikendalikan oleh Kyiv, tapi dikelilingi oleh pasukan separatis.
Menurut ketentuan gencatan senjata, kedua belah pihak mulai menarik senjata berat dari pusat pertempuran pada hari Selasa (17/2). Tapi saat tenggat waktu berlalu, masing-masing pihak bersikeras mereka tidak mau menjadi yang pertama melakukannya.
Juru bicara militer Ukraina Anatoliy Stelmakh dalam komentar yang disiarkan televisi mengatakan, "Segera setelah militan melakukan gencatan senjata, sisi Ukraina akan mulai menarik persenjataan berat dari garis depan."
Juru bicara pemberontak Denis Pushilin mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa separatis memiliki kewajiban "moral" untuk membela kota yang ia sebut "wilayah internal" itu. Dia juga mengatakan pemberontak siap melakukan penarikan bersama, tetapi akan tetap "membalas tembakan."
Kesepakatan perdamaian dan penarikan senjata diduga akan menjadi fokus pembicaraan telepon hari Selasa antara perwakilan pemberontak, Ukraina, Rusia, dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, atau OSCE.
OSCE telah diberi tugas memantau gencatan senjata tersebut, tapi sejauh ini belum memasuki Debaltseve karena dihadang pemberontak. Jerman pada Selasa mengatakan pihaknya telah sepakat dengan para pemimpin Ukraina dan Rusia untuk memungkinkan para pemantau mencapai kota yang terkepung itu.
Setidaknya lima tentara Ukraina telah tewas dan sembilan luka-luka dalam pertempuran, sebagian besar di dekat Debaltseve, selama 24 jam terakhir, demikian kata seorang juru bicara militer Ukraina, Selasa.