Tautan-tautan Akses

Ukraina dan Turki Diskusikan Rencana Perdamaian Akhiri Invasi Rusia


Puing-puing bangunan akibat serangan misil ke kantor pos Ukraina di luar kota Kharkiv, Minggu (22/10).
Puing-puing bangunan akibat serangan misil ke kantor pos Ukraina di luar kota Kharkiv, Minggu (22/10).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa Turki berrencana untuk bergabung dalam proses perdamaian pekan ini, yang bertujuan untuk turut mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina.

Pengumuman Zelenskyy itu dikeluarkan setelah serangan misil ke kantor pos Ukraina yang menyebabkan tewasnya sejumlah orang dan melukai beberapa lainnya. Pengumuman juga dikeluarkan setelah sepekan kunjungan diplomat tinggi Rusia ke Korea Utara.

Kantor berita Reuters melaporkan serangan misil pada Sabtu malam di Kharkiv, Ukraina telah menghancurkan satu kantor pos, menewaskan enam orang dan melukai 17 orang. Di media social, gubernur yang memimpin kota kedua terbesar di Ukraina telah menyalahkan senjata Rusia terkait ledakan itu. Operator di fasilitas tersebut mengatakan, sirine serangan udara berbunyi hanya beberapa saat sebelum serangan, membuat siapapun yang ada di dalam gedung kantor pos tidak bisa melarikan diri dan tidak memiliki waktu untuk mencari perlindungan.

Pada Minggu (22/10) siang, video drone yang memperlihatkan kerusakan di sana dikeluarkan oleh polisi nasional. Serangan itu direspon melalui pesan yang direkam oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Sebelumnya, Zelenskyy telah berbicara dengan mitranya dari Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dia mengatakan bahwa kedua pemimpin telah mendiskusikan KTT perdamaian yang akan diselenggarakan pekan dekan di Malta, untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina.

“Kami juga mendiskusikan situasi di kawasan Laut HItam, agresi terhadap Ukraina, agresi terhadap keamanan global dan situasi di Timur Tengah bersama Presiden Turki, Erdogan. Dan ini sangat penting, sangat penting untuk melindungi warga sipil. Menjadi sangat penting untuk mencegah berkembangnya krisis kemanusian baru dalam skala lebih besar. Sangat penting untuk bertindak bersama dengan lebih cepat untuk mengembalikan kekuatan penuh hukum internasional.”

Namun, beberapa hari yang lalu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov telah mengunjungi sekutu perangnya, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un. Kim mendukung invasi Rudia ke Ukraina, dan Amerika Serikat telah menuduh dia mensuplai senjata ke Rusia.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyambut para pemimpin Eropa di Gedung Putih pada hari Jumat, dimana dia dan mitra baratnya, berjanji mendukung Israel dalam perangnya melawan Hamas dan memastikan kepada Ukraina bahwa dukungan blok ini untuk perang mereka tidak akan goyah.

Oleksandr Musiyenko, kepala pusat studi hukum militer di Kyiv percaya, komitmen Amerika Serikat dan Uni Eropa kepada Ukraina tidak akan goyah, meskipun saat ini fokus dunia internasional berpindah ke Timur Tengah dan perang Israel-Hamas.

“Saya kira, ketika kita berbicara tentang dunia Barat, koalisi Barat, bahwa sangat penting untuk menunjukkan kepada otokrasi dan rezim diktator bahwa Barat tetap bersatu,” kata dia.

Sementara itu, angkatan bersenjata Ukraine terus melanjutkan upaya untuk merebut kembali wilayahnya. Angkatan laut Ukraina bergerak di sepanjang sisi kiri sungai Dnipro untuk membantu membuka jalan bagi bala bantuan untuk semakin masuk ke kawasan Kherson. [ns/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG