Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menerima Sekjen PBB Antonio Guterres untuk melakukan pembicaraan, Kamis (28/4). Sementara itu Ukraina menyerukan embargo terhadap pasokan energi Rusia dan Presiden AS Joe Biden mempersiapkan proposal bagi bantuan militer, ekonomi dan kemanusiaan.
Guterres tiba di Ukraina dengan maksud berupaya “meluaskan dukungan kemanusiaan dan memastikan evakuasi warga sipil dari zona konflik,” topik-topik yang merupakan bagian dari pembicaraannya sebelumnya pekan ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
“Semakin cepat perang ini berakhir, semakin baik – demi Ukraina, Rusia dan dunia,” cuit Guterres.
PBB pada Rabu (27/4) menyatakan memiliki tim di Moskow dan Kyiv yang menindaklanjuti perjanjian “pada prinsipnya” yang dicapai Guterres dengan Putih, yang memungkinkan PBB dan Komite Palang Merah Internasional untuk mengevakuasi warga sipil yang terperangkap di pabrik baja Azovstol di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung.
“Yang masih kami punya adalah kesepakatan pada prinsipnya. Yang kami sedang berupaya lakukan adalah menerjemahkannya menjadi suatu kesepakatan secara rinci dan kesepakatan di lapangan,” kata juru bicara Guterres Farhan Haq kepada wartawan. “Pada akhirnya, yang kami inginkan adalah memastikan gencatan senjata akan dihormati yang akan memungkinkan kita untuk memindahkan orang-orang dengan aman.”
“Kami tidak memiliki kondisi seperti ini sekarang,” lanjutnya.
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak pada Kamis (28/4) mengatakan “tinggal masalah waktu” sebelum embargo diberlakukan terhadap industri energi penting Rusia.
Meskipun negara-negara Eropa telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi atau menghilangkan ketergantungan mereka terhadap minyak dan gas Rusia, menggantikan pasokan itu dan potensi pukulan ekonomi di dalam negeri mereka telah membuat beberapa pemimpin menyatakan sikap hati-hati mengenai seberapa cepat pelaksanaan hal tersebut sewaktu para pejabat Ukraina menyerukan embargo.
Podolyak mencuit bahwa menghindari pasokan energi Rusia merupakan masalah moral dan masalah Rusia berhenti “menjadi mitra yang andal dan dapat diprediksi di mata dunia.”
“Beralih ke saluran pasokan alternatif secara cepat akan mahal, tetapi tidak semahal bila tidak melakukannya,” cuit Podolyak. “Dalam jangka menengah, Moskow akan menghadapi isolasi ekonomi dan politik penuh. Akibatnya, kemiskinan, skala yang belum dilihat Rusia.”
Pernyataannya muncul sehari setelah Gazprom Rusia menghentikan pasokan gas alam ke Polandia dan Bulgaria. [uh/ab]