Pendeta Kristen di Kaduna, Nigeria, dalam minggu terakhir membagikan makanan kepada narapidana dan orang-orang tidak mampu untuk menandai dimulainya bulan suci Ramadan. Para pemimpin jemaat Kristen tersebut mengatakan kegiatan tersebut merupakan bagian mempromosikan perdamaian antara dua agama utama di kawasan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, anggota Yayasan Perdamaian, Kebangkitan dan Rekonsiliasi telah mengunjungi penghuni penjara di Kaduna untuk membagikan makanan, sabun dan kebutuhan lainnya kepada narapidana Muslim dan membayar denda bagi mereka yang menjalani hukuman pendek.
Ismail Saidu, yang menerima donasi baru-baru ini mewakili Penjara Pusat Kaduna, menyatakan rasa terima kasihnya, "dan apa yang telah diberikan pada kami, pasti akan kami gunakan sesuai hukum."
Pastor Yohanna Buru, yang mendirikan yayasan tersebut, mengatakan donasi itu diberikan untuk mencoba membangun perdamaian antara umat Muslim dan Kristen "untuk membangun rasa saling pengertian, supaya mereka bisa berbuka puasa dan berdoa untuk bangsa ini, berdoa untuk perdamaian di negara ini, berdoa untuk perdamaian di Nigeria utara, perdamaian di negara bagian Kaduna dan di seluruh dunia.”
Buru mengatakan organisasinya ingin menghapuskan batasan-batasan yang memecah kelompok-kelompok agama dan etnis dan menyatukan mereka.
Ia juga mengatakan bahwa ia telah melakukan kegiatan ini selama empat tahun terakhir, dan ia telah membantu membebaskan empat narapidana yang dipenjara karena melakukan kejahatan ringan. "Kami tidak ingin menghentikan tradisi ini. ... Setiap tahun kami membebaskan narapidana Muslim untuk puasa di bulan Ramadan," ujarnya.
Pastor Buru menyebutkan beberapa narapidana tidak melakukan kesalahan tapi mereka dipenjara karena kegagalan sistem peradilan di negara tersebut.
Abubakar Haruna, 23, salah satu narapidana yang dibebaskan hari Kamis (18/6) telah dipenjara selama tiga bulan. Ia mengatakan dipenjara karena polisi tidak bisa menangkap temannya yang mencuri anting-anting.
Haruna mengatakan ia senang Buru telah membantunya dikeluarkan dari penjara, dan pembebasan itu, bersama hari pertama Ramadan, merupakan hari yang luar biasa baginya, berkat Tuhan.
Buru mengatakan orang-orang seperti Haruna membutuhkan bantuan tanpa memandang suku atau agama mereka. Ia berargumen bahwa tindakan seperti ini akan membangun perdamaian dan persatuan di negara tersebut.
Pada tahun 2014, Yayasan Perdamaian, Kebangkitan dan Rekonsiliasi membebaskan enam narapidana. Anggota yayasan ini mengatakan mereka ingin membebaskan lebih banyak narapidana supaya mereka bisa membantu membangun kota, negara bagian dan negara yang damai.