Tautan-tautan Akses

UMKM Jawa Tengah Kerja Keras Agar “Naik Kelas"


Ilustrasi - Kegiatan membatik para pengrajin batik di Pekalongan, Jawa Tengah. (Foto: Courtesy)
Ilustrasi - Kegiatan membatik para pengrajin batik di Pekalongan, Jawa Tengah. (Foto: Courtesy)

Produk usaha kecil kecil dan menengah UMKM identik dengan kesan lokal. Perlu inovasi dan dukungan total agar produk UMKM “naik kelas.”

Pandemi menjadi tantangan bagi UMKM untuk bertahan dan mengembangkan diri meski tersendat-sendat karena berbagai hambatan. Alih teknologi pemasaran, menjadi kunci UMKM tetap bertahan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, baru-baru ini menginisiasi Lapak Ganjar, market place atau lapak online memasarkan produk UMKM di Jawa Tengah secara cuma-cuma. Sepekan sekali, produk UMKM yang terpilih akan dikaji ulang langsung oleh Ganjar Pranowo di media sosialnya. Tak hanya gratis pemasaran, jelas Ganjar, pemerintah ikut turun tangan mendampingi UMKM dari membenahi kemasan produk, permodalan hingga pemasaran digital.

"Saat pandemi, banyak pengusaha UMKM resah karena lokasi jualannya diuber-uber satpol PP, ada yang marah atau ngamuk karena penjualannya turun. Nah disini, peran pemerintah dibutuhkan. Catatan saya ada tiga. Apakah UMKM ini punya produk bagus bisa diterima pasar, kita cek produk mereka sangat lokal. Kemudian cara pemasarannya juga minim, belum punya ketrampilan menjual, kemasan produk tidak menarik. Berikutnya, masalah modal. Mereka mengandalkan minta duit bantuan pemerintah, semangat enterpreneurship tidak jalan,” ungkap Ganjar hari Sabtu (23/4) dalam sebuah webinar online Indonesia UKM Forum bertema “UMKM Jawa Tengah Naik Kelas : Dari Lokal ke Internasional.”

Lebih lanjut Ganjar menilai banyak pengusaha UMKM tidak mengenal produknya, sekedar ikut-ikutan, tanpa inovasi, hingga kesulitan permodalan.
Tak jarang UMKM banyak yang gulung tikar, memilih berhenti alias bangkrut tambahnya.

UMKM Jawa Tengah Kerja Keras Agar “Naik Kelas"
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:57 0:00

Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah mencatat dari 600 peserta pelatihan pemasaran digital pengusaha UMKM tahun 2021 lalu hanya sebagian saja, atau sekitar 300 peserta, yang bersedia memasarkan produk secara online di sistem yang disiapkan pemerintah.

Dukungan Total

Beberapa UMKM di Jawa Tengah yang sudah eksis tingkat internasional antara lain madu Borobudur di Magelang, menembus pasar Swiss dan Belanda, furnitur ke Belgia, kincir bambu di Cilacap ke Amerika Serikat, sementara keramik di Salatiga diekspor ke 12 negara, yaitu : India, Dubai, Inggris, Qatar, Belgia dan Spanyol.

Ilustrasi - Pekerja industri mebel di Klaten, Jawa Tengah. (Foto:VOA/ Nurhadi)
Ilustrasi - Pekerja industri mebel di Klaten, Jawa Tengah. (Foto:VOA/ Nurhadi)

Ganjar Pranowo menjelaskan pemerintah turun tangan dalam membantu permodalan, inovasi produk, legalitas usaha, dan lainnya.

"Kalau ada UMKM produk inovasi bagus, kita dampingi akses permodalan ke perbankan tanpa jaminan, pelatihan pemasaran digital, hingga memberikan ruang bagi mereka berjualan bisa pameran langsung di daerah atau luar negeri, atau kita kemarin membuat UMKM Virtual Expo untuk pemasaran secara online,” ujar Ganjar.

UMKM Jantung Perekonomian Indonesia

Staf khusus Presiden, Billy Mambrasar, mengatakan potensi besar roda perekonomian Indonesia pada UMKM. Data pemerintah jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta dengan kontribusi PDB nasional 61 persen. Menurut Billy, dukungan total pada UMKM perlu dilakukan supaya produk yang dihasilkan bisa naik kelas, tak hanya dilingkup lokal atau regional.

"Pandemi mengubah pola pikir dari pembelian dan penjualan barang dan jasa dari offline ke online. Memaksa para pelaku bisnis, termasuk UMKM dan para konsumen berubah. Saya ikut menyaksikan pendampingan para UMKM di daerah terluar, minim akses internet, tahu bagaimana memasarkan produknya sesuai pasar internasional", jelas Billy.

Lebih lanjut Billy mengungkapkan pendampingan pada pengusaha UMKM perlu dilakukan dari hulu hingga ke hilir oleh pemerintah dan jejaring pelaku ekonomi dan bisnis. Billy menjelaskan pengusaha UMKM bisa memanfaatkan media sosial pribadi lebih produktif untuk memasarkan produk UMKM-nya. Pengusaha UMKM, imbuh Billy, jangan hanya mengakses media sosial untuk perilaku konsumtif.

Billy menegaskan teknologi digital memiliki peran penting dalam mengangkat produk UMKM lebih dikenal secara internasional.

Ganjar meyakini komitmen UMKM naik kelas harus sinergi dengan komitmen pemerintah mendampingi mereka secara konsisten.

"UMKM yang produknya berkualitas kita dorong jualan, kemarin kita ajak ke Singapura, Jepang dan Belgia. Bagaimana respon masyarakat dunia. Kita coba komitmen itu. Selama ini kan pemerintah juga punya aturan 40 persen APBN dan APBD menggunakan belanja produk UMKM,” pungkas Ganjar. [ys/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG