Untuk memperingati Pekan ASI Dunia (1-7 Agustus), Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan agar bayi yang baru lahir disusui secara eksklusif selama enam bulan.
UNICEF menyatakan bayi-bayi yang baru lahir harus disusui dalam satu jam pertama kehidupan agar mereka mendapat nutrisi penting, antibodi dan kontak langsung dengan ibu mereka guna melindungi mereka dari penyakit dan kematian.
UNICEF melaporkan semakin lama pemberian ASI tertunda, semakin tinggi pula risiko kematian pada bulan pertama kehidupan. Badan itu memperingatkan bahwa menunda menyusui selama 24 jam atau lebih setelah lahir meningkatkan risiko tersebut sampai 80 persen.
Sebaliknya, badan itu mencatat lebih dari 800.000 nyawa akan diselamatkan jika semua bayi hanya diberi ASI dari saat mereka lahir sampai usia enam bulan.
Sayangnya, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan pesan ini tidak cepat diterima. Juru bicara WHO, Fadela Chaib, mengatakan ibu baru tidak menerima dukungan dan dorongan yang mereka butuhkan untuk menyusui bayi mereka.
"Slogan tahun ini menyusui di mana saja, kapan saja, karena seperti saya katakan, masyarakat juga berperan membuat ini bisa dilakukan ibu yang ingin menyusui. Yang saya katakan ini memang masalah lama. Kami selalu menganjurkan lebih banyak menyusui karena kami yakin akan manfaat ASI. Ini benar-benar makanan yang ideal untuk bayi," kata Chaib.
Sebagai contoh, katanya menyusui melindungi anak-anak terhadap banyak penyakit yang umum. Anak yang minum ASI tampil lebih baik dalam tes kecerdasan, jarang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dan tidak begitu rentan terhadap diabetes pada kemudian hari.
Chaib mengatakan kepada VOA bahwa cara-cara pemasaran susu formula yang tidak pantas terus merusak upaya untuk membuat perempuan menyusui bayi mereka.
"Kami tidak menentang mereka memproduksi jenis susu itu. Apa yang kami tentang adalah kenyataan bahwa mereka mempromosikan susu itu seolah-olah memiliki nilai yang sama dengan susu ibu. Itu satu kebohongan. Itu tidak sama," tambah Chaib.
Kemajuan untuk memungkinkan lebih banyak bayi mendapat ASI dalam satu jam pertama kehidupan cukup lamban selama 15 tahun terakhir. Survei menunjukkan di sub-Sahara Afrika, di mana tingkat kematian balita adalah yang tertinggi di dunia, jumlah ibu menyusui pada masa dini tetap tak berubah. [as]