Pengumuman dua pekan silam bahwa Washington berkomitmen untuk memberi dana 60 juta dolar tahun ini, bukannya 350 juta dolar yang biasa diberikan, mengejutkan dan membuat marah para pengungsi Palestina.
Keputusan ini juga membuat badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA, berjuang keras untuk tidak mengganggu layanan bagi 5 juta pengungsi Palestina terdaftar yang dibantunya di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon dan Suriah.
Peter Mulrean, direktur UNRWA di New York, mengemukakan, "Kami menyediakan pendidikan bagi 500 ribu lebih anak-anak di 700 sekolah di seluruh wilayah itu. Kami melakukan sembilan juta kunjungan layanan kesehatan di 150 klinik tahun lalu. Kami mengurusi 1,7 juta pengungsi Palesetina yang rawan pangan, sejuta di antaranya di Gaza. Inilah hal-hal yang tidak berhenti kita lakukan dari hari ke hari."
Ketegangan terasa tinggi antara Otoritas Palestina dan Washington sejak Presiden Donald Trump mengumumkan pada 6 Desember lalu bahwa ia akan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan besar Amerika ke sana.
Palestina mendesak dilakukannya voting di Majelis Umum PBB yang dengan mengecam keras keputusan Amerika, yang menimbulkan spekulasi bahwa pemangkasan dana untuk UNRWA itu merupakan pembalasan dendam politik.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert menjelaskan, "Ini tidak dimaksudkan untuk menghukum siapapun. Pemerintah Amerika Serikat dan pemerintahan Trump meyakini bahwa seharusnya dilakukan lebih banyak apa yang disebut berbagi beban.”
Akan tetapi pekan lalu Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley mengambil sikap lebih keras. Dalam wawancaranya dengan VOA, ia mengatakan, "Mereka membawa kita ke PBB dan pada dasarnya bersikap sangat bermusuhan dalam perkataan maupun tindakan. Kami tidak membayar agar dianiaya, ini tidak masuk akal.”
Kedua pejabat itu juga menyatakan pemerintah Amerika menghendaki agar UNRWA melakukan sejumlah perombakan internal sebelum Amerika mempertimbangkan pengalokasian kontribusi pada masa mendatang.
Pierre Krahenbuhl, Komisaris Jenderal UNRWA, menjelaskan,"Saya belum berkomunikasi dan belum menerima suatu indikasi spesifik sekarang ini dari pemerintah Amerika mengenai masalah terkait perombakan tertentu. Dan saya harus sampaikan bahwa saya benar-benar paham, bahwa keputusan yang diambil dalam hal pendanaan tidak ada kaitannya dengan kinerja kami.”
Krähenbühl memulai kampanye penggalangan dana 500 juta dolar pada hari yang sama dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Mike Pence ke Israel dan berpidato di hadapan parlemen Israel.
Dalam pidato itu, Mike Pence mengatakan, "Dalam beberapa pekan mendatang, pemerintah kami akan memajukan rencananya untuk membuka Kedutaan Besar Amerika di Yerusalem dan kedutaan akan dibuka tahun depan.”
Sementara itu, UNRWA ingin semua jalur komunikasi dengan pemerintahan Trump tetap terbuka sambil terus berupaya mencari donor-donor baru untuk mendanai kegiatannya yang telah dilakukan selama 70 tahun. [uh/ab]