Pesawat berbiaya murah itu lepas landas dari Surabaya menuju Singapura Minggu pagi dan hilang kontak dengan menara pengawas 42 menit kemudian, tepatnya jam 7.24 pagi waktu setempat.
Indonesia mengatakan sejumlah kapal akan tetap melakukan operasi pencarian Minggu malam dengan lampu-lampu sorot besar. Namun pencarian dengan pesawat terbang ditangguhkan hingga Senin pagi.
Berbicara dari Surabaya, CEO Air Asia Tony Fernandes mengatakan badai dan cuaca buruk ketika pesawat itu hilang, tetapi menolak berspekulasi lebih jauh atas apa terjadi pada pesawat tersebut.
"Beberapa pejabat mengatakan sebelum hilang kontak, pilot meminta ijin pada menara pengawas di Jakarta untuk naik ke ketinggian 12.600 meter guna menghindari cuaca buruk. Tidak ada isyarat bahaya dari kokpit pesawat bermesin dua dengan satu lantai itu," ujarnya.
Maskapai penerbangan Air Asia mengatakan pesawat jenis Airbus A320-200 itu membawa 162 penumpang dan awak pesawat. Kewarganegaraan penumpang itu adalah 149 warga negara Indonesia, 3 Korea Selatan, 1 Singapura, 1 Malaysia dan 1 Inggris. Sementara tujuh awak pesawat terdiri dari 6 warga negara Indonesia dan 1 Perancis.
Menteri Perhubungan Indonesia Ignatius Jonan mengatakan tim SAR Indonesia bersama tim SAR Singapura telah memulai operasi pencarian dan telah menginformasikan kepada semua kapal dan perahu di kawasan itu untuk menyampaikan informasi apapun terkait pesawat Air Asia tersebut serta memberi bantuan yang dibutuhkan.
Kapten pesawat diketahui cukup berpengalaman dengan enam ribu jam terbang. Sementara kopilot memiliki jam terbang separuhnya.
Pesawat berumur enam tahun itu terakhir kali mengalami pemeriksaan teknis tanggal 16 November lalu.
Pesawat itu dioperasikan oleh Air Asia Indonesia, sebuah unit Air Asia yang berkantor di Malaysia.
Juru bicara Gedung Putih Eric Schultz mengatakan Presiden Amerika Barack Obama telah diberi informasi tentang hilangnya pesawat tersebut dan pejabat-pejabat Gedung Putih “akan terus memonitor situasi tersebut.” Kantor berita Reuters melaporkan Amerika telah menawarkan bantuan “dalam bentuk apapun,” meski tidak seorang pun penumpang berkewarganegaraan Amerika.