Tautan-tautan Akses

‘Upstream’, Film Laris Terbaru China yang Soroti Realitas Pekerja Serabutan


Orang-orang berjalan melewati layar yang menayangkan trailer film China "Upstream", di luar bioskop di pusat perbelanjaan di Shanghai, China, 14 Agustus 2024. (Nicoco Chan/REUTERS)
Orang-orang berjalan melewati layar yang menayangkan trailer film China "Upstream", di luar bioskop di pusat perbelanjaan di Shanghai, China, 14 Agustus 2024. (Nicoco Chan/REUTERS)

Upstream, film blockbuster terbaru China menyampaikan kisah mengenai seorang programer berusia separuh baya yang di-PHK. Ia tak bisa lagi bekerja di kantoran karena usianya sehingga terpaksa bekerja serabutan sebagai pengantar makanan dalam usaha menghidupi keluarganya. Ini adalah salah satu masalah sosial yang jarang disoroti dalam film-film terbaru di China.

REUTERS - Upstream mengangkat isu ekonomi yang jarang ditampilkan dalam film-film terbaru China, seperti pasar kerja yang tidak menentu, mobilitas menurun dan kehidupan sulit jutaan warganya yang terpaksa bekerja serabutan.

Film ini begitu menyentuh hati para penontonnya di Beijing, sampai-sampai beberapa dari mereka menangis sewaktu menontonnya.

Beberapa di antara penonton mengemukakan, “Faktanya, film ini sungguh sangat mencerminkan apa yang sedang terjadi saat ini, termasuk situasi secara umum maupun kondisi ketenagakerjaaannya.”

“Film ini sangat menyentuh hati. Saya pikir sutradaranya membuat film ini benar-benar realistis.”

Disutradarai Xu Zheng, yang juga ikut membintanginya, film ini menampilkan para pengemudi sepeda motor dengan bayaran rendah yang bekerja untuk platform pesanan makanan daring di China yang dipimpin oleh Meituan.

Seorang pria memeriksa mesin tiket di samping layar yang menampilkan poster film China "Upstream", di sebuah bioskop di Beijing, China, 13 Agustus 2024. (Kevin Krolicki/REUTERS)
Seorang pria memeriksa mesin tiket di samping layar yang menampilkan poster film China "Upstream", di sebuah bioskop di Beijing, China, 13 Agustus 2024. (Kevin Krolicki/REUTERS)

Para pengemudi terpaksa ngebut untuk menghindari denda kalau terlambat mengirim makanan dan harus menyesuaikan diri dengan pesanan robotik dari sebuah aplikasi di ponsel mereka.

Film ini hadir ketika ketidakpastian dalam ekonomi yang mengalami deflasi dan tekanan kehidupan sehari-hari yang dialami para pengantar makanan mulai mendapat perhatian. Ini berbeda dengan genre tipikal film-film laris China selama bertahun-tahun ini – yang biasanya berkisah mengenai perang, drama sejarah dan percintaan.

Sejumlah kalangan memuji Upstream karena membahas masalah sosial yang tidak sering diangkat dalam film-film terbaru, yang menjadi sasaran sensor. Yang lainnya malah tidak terkesan dengan akhir kisah yang berujung bahagia, dengan sang protagonis berhasil mengirim cukup banyak pesanan untuk menutup pembayaran KPR-nya yang terlambat.

Di China, sedikitnya ada 10 juta pengantar makanan yang bekerja untuk Meituan dan pesaing terberatnya, Ele.me milik Alibaba.

‘Upstream’, Film Laris Terbaru China yang Soroti Realitas Pekerja Serabutan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:50 0:00

Para pengemudi itu mengeluhkan jam kerja yang panjang dan upah per pengiriman yang nilainya sering kali kurang dari $1. Seorang pengantar makanan berusia 37 tahun di Shanghai mengatakan kepada Reuters bahwa ia akan meninggalkan industri itu kalau saja ada pilihan lain baginya. Pengemudi yang tidak disebut namanya itu mengatakan,“Ini bukan pekerjaan untuk orang normal. Bayangkan jam-jam puncak pada tengah hari, begitu banyak pesanan, tidak ada cara lain selain ngebut melawan waktu. Kadang-kadang pada satu atau dua menit terakhir sebelum tenggat pesanan dianggap terlambat, kita harus berpacu dengan hidup kita. Ini tidak mudah.”

Dalam Upstream, persaingan antara para pengemudi dan platform pengiriman makanan itu digambarkan tak ada hentinya. Juga diperlihatkan bagaimana para pengemudi tak punya waktu rehat dan kadang-kadang mengambil jalan pintas yang berbahaya dalam 14 jam kerja per hari mereka demi mendapatkan insentif.

Ashley Dudarenok menulis buku-buku mengenai bisnis dan tren konsumen China. Katanya, “Ini gambaran yang cukup realistis mengenai banyak orang China sekarang ini. Sebelumnya, kalau kita ingat lima, 10 tahun silam, apa yang membuat China sangat menonjol adalah pola pikir konsumen yang sangat positif dari seorang pengusaha kebanyakan. Karena ada keyakinan kuat yang mendasarinya yakni hari esok akan lebih baik daripada hari ini, ekonomi akan menjadi lebih baik, peluang akan lebih baik, teknologi akan membuat kita bergerak maju. ‘Saya akan membangun keterampilan saya dan masa depan saya akan lebih baik.’ Sekarang, keyakinan seperti itu tidak lagi ada.”

Seorang juru bicara Meituan mengatakan perusahaan itu tidak dilibatkan dalam pembuatan film Upstream. Sewaktu ditanya Reuters, Meituan tidak berkomentar mengenai gambaran perusahaan itu dalam film tersebut.

Anak perusahaan Alibaba yang bergerak dalam pembuatan film tercatat di antara 17 perusahaan yang memproduksi Upstream. Perusahaan tersebut juga tidak segera memberikan komentarnya mengenai film itu. [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG