Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbagi pengalamannya menghadapi percobaan pembunuhan pada Minggu (15/7). Ia mengatakan kepada New York Post bahwa ia "seharusnya sudah mati" dalam upaya yang ia sebut sebagai "pengalaman nyata yang seperti mimpi irasional."
“Saya seharusnya tidak berada di sini, saya seharusnya sudah mati,” kata Trump kepada Post dalam sebuah wawancara di pesawatnya saat dalam perjalanan ke Milwaukee untuk menghadiri Konvensi Nasional Partai Republik. Dalam acara itu, Trump akan dikukuhkan sebagai calon presiden dari partai tersebut.
Trump menyebutnya sebagai "pengalaman nyata yang seperti mimpi irasional." Telinga kanannya terlihat terbalut perban putih, menurut laporan surat kabar tersebut.
Trump, yang berusia 78 tahun, mengalami luka di bagian telinga akibat terkena tembakan yang dilepaskan oleh seorang penembak pada acara kampanye pada Sabtu (13/7).
Dia meninggalkan lokasi dengan wajah berlumuran darah, sementara seorang peserta kampanye tewas dan dua orang lainnya mengalami luka.
Trump mengatakan kepada Post bahwa dia pasti sudah mati jika tidak memiringkan kepalanya sedikit ke kanan untuk membaca grafik tentang imigran ilegal saat berpidato di acara tersebut.
“Untungnya atau karena Tuhan, banyak yang bilang karena Tuhan, saya masih di sini,” ujarnya.
Dia memuji agen Dinas Rahasia yang berhasil menembak mati pelaku penembakan.
“Mereka membunuhnya dengan satu tembakan tepat di antara matanya,” katanya.
“Mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa,” tambahnya. “Ini seperti mimpi bagi kita semua.”
Foto Trump yang mengacungkan tinju saat para agen Dinas Rahasia membawanya pergi menjadi sorotan di seluruh dunia dan menyebar dengan cepat di media sosial.
"Banyak orang mengatakan itu adalah foto paling ikonik yang pernah mereka lihat," kata mantan presiden itu kepada Post, menambahkan, "Mereka benar, dan saya tidak mati. Biasanya, Anda harus mati untuk mendapatkan foto ikonik,” katanya.
Trump mengatakan setelah percobaan pembunuhan tersebut, dia menulis ulang pidato yang telah dia persiapkan untuk konvensi Partai Republik.
Dia mengatakan bahwa dia telah "mempersiapkan pidato yang sangat tajam" tentang "pemerintahan Biden yang buruk. Tapi saya membuangnya" karena ingin pidato yang bisa "mempersatukan negara kita."
“Namun, saya tidak tahu apakah itu mungkin. Masyarakat sangat terpecah,” tukasnya. [ah/ft]
Forum