Tautan-tautan Akses

Utusan Khusus PBB: Sanksi AS terhadap Iran Perburuk Situasi Kemanusiaan


Sejumlah warga Iran tampak berjalan di sebuah pasar di Teheran, Iran, pada 1 Mei 2022. (Foto: WANA via Reuters/Majid Asgaripour)
Sejumlah warga Iran tampak berjalan di sebuah pasar di Teheran, Iran, pada 1 Mei 2022. (Foto: WANA via Reuters/Majid Asgaripour)

Alena Douhan, Pelapor Khusus PBB Untuk Dampak Negatif Tindakan Paksaan Sepihak terhadap Kebebasan Hak Asasi Manusia, mengatakan sanksi-sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat terharap Iran berdampak buruk pada perekonomian negara tersebut dan memperburuk situasi kemanusiaan di negara yang terletak di Teluk Persia itu.

Douhan mengatakan sanksi-sanksi itu telah mempengaruhi kelompok ekspor utama Iran, bank, dan sejumlah perusahaan swasta dan milik negara, termasuk di sektor farmasi dan produksi makanan.

Lebih jauh Douhan mengatakan hal ini telah menyebabkan inflasi dan meningkatnya kemiskinan, serta menipisnya sumber daya negara untuk menangani kebutuhan dasar orang-orang berpendapatan menengah dan kelompok rentan lainnya.

Berbicara dalam konferensi pers pada Rabu (18/5) di Teheran, Douhan – warga Belarus yang pada 2020 ditunjuk sebagai utusan khusus dan bertugas memberi laporan ke Dewan HAM PBB – juga mengatakan bahwa “sanksi-sanksi telah secara subtansial memperburuk situasi keamanan di Iran.” Ia mendesak negara-negara yang menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran, terutama Amerika Serikat, untuk segera mencabut sanksi itu.

Mantan Presiden Amerika Donald Trump pada 2018 menarik diri dari perjanjian nuklir antara Iran dan enam negara adidaya, dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi serta memperkenalkan langkah baru yang lebih tegas terhadap Iran.

Perjanjian nuklir itu telah menjamin pelonggaran sanksi-sanksi sebagai imbalan pembatasan ketat program nuklir Iran. Perundingan di Wina untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir dengan Iran, telah macet karena tuntutan Iran agar Amerika mengeluarkan pasukan paramiliter Garda Revolusioner Iran dari daftar organisasi teroris.

Perundingan itu hampir mencapai kesepakatan pada Maret lalu sebelum Rusia meminta agar perdagangannya dengan Iran masuk dalam datar pengecualian dari sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia terkait invasinya di Ukraina, yang membuat perundingan itu kacau balau.

Tim perunding belum berkumpul lagi di Wina, Austria, dan tidak jelas rintangan apalagi yang akan timbul dalam upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir baru itu. [em/lt]

XS
SM
MD
LG