Para utusan dari pihak-pihak yang bertikai di Yaman berkumpul di Kuwait untuk ketiga kalinya hari Senin (18/4) dalam perundingan yang dimediasi PBB yang bertujuan untuk mengakhiri konflik 18 bulan yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang dan menimbulkan krisis kemanusiaan di negara termiskin di kawasan itu.
Menteri Luar Negeri Yaman Abdel Malek mengatakan kepada kantor berita resmi, Saba, sebelum perundingan hari Senin, “Kami siap melakukan transisi politik dengan melibatkan semua pihak… dan kami akan melakukan segala upaya untuk meringankan penderitaan.”
Para pemberontak Houthi yang didukung Iran juga mengisyaratkan rekonsiliasi. Juru bicara Mohammed Abdul-Salam menggunakan media Kuwait untuk menyerukan “kewenangan consensus dalam fase transisi untuk memutuskan setiap sengketa politik.”
Perundingan perdamaian yang didukung PBB tahun 2015 dua kali gagal mengakhiri konflik.
Pekan lalu, utusan khusus PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa untuk menyukseskan perundingan perdamaian itu perlu “kompromi yang sulit dari semua pihak, serta tekad untuk meraih kesepakatan.”
Utusan Yaman di PBB Khaled Alyemany mengatakan kepada wartawan bahwa perundingan itu bisa menelurkan hasil konkrit. “Apabila gagal,” dia memperingatkan “maka lingkaran kekerasan akan terjadi lagi.” [vm]
Wakil dari pihak-pihak yang bertikai di Yaman bertemu di Kuwait hari Senin (18/4) dalam perundingan perdamaian yang dimediasi PBB.
Terkait
Paling Populer
1