Investasi iklim, migrasi, keamanan dan akses yang tidak setara ke vaksin akan menjadi agenda utama sewaktu puluhan kepala negara Afrika bertolak ke Brussels pada hari Kamis (17/2) untuk mengikuti KTT dua hari para pemimpin Uni Eropa dan Uni Afrika.
Sekitar 70 persen warga Eropa telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin virus corona. Di Afrika, angkanya hanya 16 persen. Ketimpangan ini termasuk salah satu isu penting dalam agenda KTT.
“Mendonasikan vaksin adalah satu hal, tetapi memastikan orang divaksinasi adalah hal lainnya, dan kesetaraan menuntut lebih dari sekadar sumbangan. Ini memerlukan perubahan sistemik dan akses ke dokter, perawat, rumah sakit, peralatan medis, ilmuwan, teknologi dan riset. Dan yang terakhir dan tidak kalah pentingnya, ini memerlukan kemampuan produksi yang baru,” kata Stella Kyriakides, komisioner Eropa untuk urusan kesehatan dan keamanan pangan awal bulan ini, setelah KTT kesehatan Uni Eropa di Lyon, Prancis.
Investasi
Uni Eropa menargetkan untuk meningkatkan investasi di Afrika.
“KTT Uni Afrika-Uni Eropa merupakan momen dan peluang penting untuk memperkuat hubungan politik dan ekonomi antara dua benua. Para pemimpin diperkirakan akan membahas bagaimana kedua benua dapat membangun kemakmuran yang lebih besar. Tujuannya adalah meluncurkan Paket Investasi Afrika-Eropa yang ambisius, dengan memperhitungkan tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis kesehatan sekarang ini,” kata Komisi Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.
Sementara bertransisi ke ekonomi ramah lingkungan, Eropa ingin mendiversifikasi rantai pasokan, termasuk untuk logam tanah jarang yang diperlukan untuk teknologi baterainya. Afrika kaya akan bahan seperti itu. Pada Desember lalu, Uni Eropa meluncurkan dana “Global Gateway’ bernilai $300 miliar untuk diinvestasikan dalam pekerjaan, teknologi hijau dan infrastruktur digital.
Migrasi
Mengelola migrasi juga menjadi agenda utama Eropa, kata Hassan Khannenje, direktur HORN International Institute for Strategic Studies di Nairobi, Kenya.
“Penting bagi pemimpin Eropa, khususnya Uni Eropa, menemukan kerangka kerja sama dengan para pemimpin dan negara-negara Afrika, pertama, mampu menangkap dan mengelola masalah pengungsi antara negara-negara sumber pengungsi, negara-negara transit serta negara-negara tujuan,” kata Khannenje kepada Associated Press.
Angka-angka yang dirilis Rabu menunjukkan peningkatan jumlah migran gelap dari Afrika yang menyeberangi Laut Tengah dan memasuki Eropa dalam beberapa bulan ini, setelah penurunan pada puncak pandemi.
Keamanan
Keamanan di Afrika juga akan disoroti. Perang yang terus berlanjut di Ethiopia Utara telah menewaskan ribuan orang. Ada pemberontakan di Mali, Mozambik, Republik Afrika Tengah, Nigeria dan Somalia.
Sementara itu Mali, Guinea, Sudan dan Burkina Faso telah diskors dari Uni Afrika setelah terjadi kudeta militer.
Pada KTT Uni Afrika pekan lalu, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo menyerukan tindakan lebih keras terhadap kudeta militer semacam itu.
“Munculnya kudeta di kawasan kit merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Evolusi ini menantang cara hidup demokratis yang telah kita pilih,” ujarnya. [uh/ab]