Para ilmuwan belum bisa mengembangkan vaksin melawan penyakit gonore atau kencing nanah yang menular lewat hubungan seksual, meski sudah meneliti lebih dari 100 tahun.
Namun mereka mungkin secara kebetulan sudah menemukan sesuatu yang bisa memberi petunjuk untuk memajukan pengembangan vaksin semacam itu.
Beberapa dekade yang lalu, di akhir tahun 1990-an, terjadi epidemik salah satu jenis penyakit meningitis B di Selandia Baru. Sebuah vaksin, MeNZB, dikembangkan untuk melindungi masyarakat muda yang memiliki risiko tertinggi untuk mendapatkan meningitis tipe ini. Namun vaksin ini tidak memberikan perlindungan untuk tipe meningitis B lainnya.
Antara tahun 2004 dan 2006, MeNZB diberikan kepada siapa saja yang berusia di bawah 20 tahun. Bayi dan anak-anak prasekolah diimunisasi secara rutin sampai tahun 2008. Orang dengan risiko medis tinggi terus mendapatkan vaksin sampai 2011. Setelah epidemi usai, program vaksinasi dihentikan.
Namun, para ilmuwan melihat bahwa vaksin meningitis juga tampaknya menawarkan beberapa perlindungan terhadap gonore. Sebuah studi yang diterbitkan di Lancet bulan lalu menunjukkan bahwa sepertiga orang yang menerima MeNZB tidak terkena gonore, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak divaksinasi. Penulis mencatat bahwa bakteri yang menyebabkan kedua penyakit tersebut berbagi antara 80 dan 90 persen urutan genetik primer mereka.
Dr. Steven Black, seorang ahli penyakit menular di Rumah Sakit Anak Cincinnati, mencatat, "Ini adalah pertama kalinya terbukti bahwa Anda bisa mendapatkan vaksin yang bisa melindungi diri dari gonore. Dan jika hasil ini dikonfirmasi di tempat lain, itu berarti sangat masuk akal .. untuk maju dengan mengembangkan vaksin yang lebih tepat sasaran. " Komentar Black diterbitkan dalam terbitan Journal of American Medical Association yang terbaru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa gonore menjadi lebih sulit, dan terkadang tidak mungkin untuk diobati. Badan ini memperingatkan bahwa gonore bisa jadi tidak dapat disembuhkan dalam waktu yang lama. Saat ini, tidak ada antibiotik baru yang dikembangkan untuk mengobati penyakit ini.
"Bakteri yang menyebabkan gonore sangat cerdas Setiap kali kita menggunakan antibiotik golongan baru untuk mengobati infeksi, bakteri berkembang untuk melawannya," menurut Dr. Teodora Wi, seorang petugas medis yang terlibat dalam reproduksi manusia di WHO, dikutip dari siaran pers dari badan PBB tersebut.
The U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa gonore adalah penyakit kedua paling banyak dilaporkan di Amerika Serikat. Semua kasus yang diketahui harus dilaporkan ke CDC, namun pejabat di sana memperkirakan bahwa mereka diberitahu kurang dari setengah 800.000 kasus baru setiap tahunnya.
Wanita mungkin tidak memiliki gejala apapun, tapi gonore yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Hal ini dapat menyebabkan penyakit radang panggul. Hal ini dapat menyebabkan kehamilan ektopik yang mengancam jiwa, dan wanita hamil dapat menyebarkan penyakit ini kepada bayi mereka. Gonore dapat menyebabkan ketidaksuburan untuk pria dan wanita, dan dapat penderita memiliki kemungkinan lebih besar terkena HIV.
Studi tentang epidemi Selandia Baru dapat mengubah pendekatan untuk mengembangkan vaksin melawan gonore.
Artikel JAMA menyimpulkan bahwa pada akhirnya, vaksin pencegahan bisa menjadi satu-satunya solusi berkelanjutan untuk bakteri yang berubah cepat yang telah terbukti mahir mengembangkan resistensi.[aa/fw]