Vatikan menyatakan "Click to Pray 2.0" menawarkan pengalaman ibadah digital yang lebih baik.
Versi terbaru menghadirkan fungsi-fungsi baru, termasuk "perencana doa pribadi" yang memungkinkan pengguna menjadwalkan kegiatan berdoa mereka setiap hari dan menerima pengingat waktu untuk menunda sejenak kegiatan duniawi dan mengalihkan perhatian ke Tuhan.
Pastor Frederic Fornos hadir sebagai salah satu dari tujuh orang yang memperkenalkan versi baru itu. Selain Fornos, ada seorang pastor lain, seorang kardinal, dan empat pejabat Gereka Katolik. Fornos menekankan pentingnya aplikasi ini untuk kegiatan berdoa.
“Mendoakan satu sama lain bukanlah membuang-buang waktu, seperti yang kadang kita pikirkan. Juga bukan membuang-buang bila kita berdoa di samping seseorang yang kita cintai atau yang sedang sakit. Doa itu seperti benih di kegelapan bumi, yang akan menghasilkan buah pada waktunya," jelasnya.
Aplikasi, yang tersedia dalam enam bahasa Barat dan Mandarin, itu memberi penggunanya kesempatan untuk berdoa bersama Paus Fransiskus untuk berbagai kepentingan, misalnya, perdamaian di Timur Tengah.
Aplikasi ini juga menawarkan "Sekolah Doa", yang memberi dukungan kepada mereka yang kesulitan memulai kehidupan ibadahnya, dan kesempatan untuk membentuk kelompok-kelompok doa.
Vatikan telah meningkatkan kehadiran media sosialnya di bawah Paus Fransiskus dengan memanfaatkan hampir semua platform besar. Para pejabat Vatikan mengatakan, lebih dari 50 juta orang, hampir setiap hari, menyimak rangkaian cuitan Paus di Twitter tentang berbagai masalah keadilan sosial.
Pastor Cosima Schena yang hadir dalam acara peluncuran itu menyambut versi baru aplikasi tersebut, ketika ditemui kantor berita Reuters di Lapangan Santo Petrus.
"Ini luar biasa karena memungkinkan kita menjangkau orang-orang yang tidak kita temui secara fisik. Ini menjadi jembatan untuk menjangkau hati yang terkadang menyimpang dari Tuhan," jelasnya.
Lidia Morera, seorang turis muda asal Spanyol di Vatikan juga terkesan.
“Saya rasa sangat bagus karena bisa membuat generasi muda lebih dekat dengan agama, meski perubahannya barangkali tidak signifikan.”
Ditanya apakah aplikasi baru bahkan dapat mendorong umat Katolik yang melek teknologi untuk kembali berdoa, Lucio Ruiz, sekretaris departemen komunikasi Vatikan, mengatakan, "Tentu saja, karena aplikasi ini memudahkan Anda melakukan sesuatu yang dulunya dianggap sulit.”
Meski demikian, Ruiz mengatakan, aplikasi ini dikembangkan tidak untuk menggantikan kegiatan berdoa tradisional.
"Aplikasi ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan tempat-tempat ibadah atau cara-cara berdoa yang selama ini ada. Ini adalah salah satu pendekatan untuk menjangkau orang-orang yang menginginkan atau membutuhkan cara baru dalam beribadah.” [ab/ka]