Suara vuvuzela lebih nyaring daripada desingan sekelompok lebah dan tak henti-hentinya ditiup oleh para fans sepakbola sepanjang pertandingan. Sebagian pihak menyatakan instrumen itu sebagai bagian dari pengalaman menyaksikan Piala Dunia Afrika Selatan, kritikan-kritikan yang ditujukan kepada vuvuzela hampir senyaring bunyinya.
Parke Brewer, redaktur olahraga VOA, berada di Afrika Selatan untuk meliput Piala Dunia dan berbicara mengenai dampak vuvuzela. “Vuvuzela ada di mana-mana. Ini adalah trompet plastik sepanjang satu meter yang dibawa warga Afrika Selatan ke pertandingan sepakbola, dan ditiup sepanjang pertandingan. Suaranya sangat keras dan bising. Tidak hanya bagi penonton di stadion, semua orang yang melihat pertandingan di televisi juga bisa mendengarnya,” ujar Brewer.
Christiano Ronaldo, pemain Portugal dan juga salah satu bintang klub Real Madrid mengatakan suaranya yang bising mengganggu konsentrasi pemain. Parke Brewer mengatakan pihak lain setuju bahwa vuvuzela menimbulkan masalah.
“Bunyinya yang keras menyebabkan wartawan mengeluh karena tidak bisa mendengar suara mereka sendiri. Selain itu, tentu saja, sangat sulit bagi pemain dan pelatih untuk saling berkomunikasi. Tidak diragukan lagi, vuvuzela mengganggu pertandingan,” tambah Brewer.
Terlepas dari keluhan tentang trompet plastik itu, Parke Brewer ragu vuvuzela akan dilarang.
“Saya kira Presiden FIFA Sepp Blatter menyatakan dengan tegas tahun lalu dalam Piala Konfederasi, di mana vuvuzela menjadi topik hangat pembicaraan turnamen itu. Ini merupakan salah satu tradisi di Afrika Selatan yang saya ragu akan dilarang. Saya kira akan ada protes besar-besaran di seluruh Afrika Selatan, jika FIFA melarang penggunaan vuvuzela,” ujar Brewer.
Danny Jordaan mengatakan penggunaan vuvuzela sedang dievaluasi dan pelarangannya adalah suatu opsi jika ada alasan untuk melakukannya. Tambahnya, ia lebih senang jika para fans bernyanyi atau meneriakkan slogan.