Tautan-tautan Akses

Wabah Penyakit Menular Ancam Jutaan Korban Banjir Pakistan


Para penderita DBD dirawat di bangsal isolasi di sebuah rumah sakit di Karachi. Pakistan mengerahkan ribuan dokter dan paramedis di lokasi banjir terparah untuk menahan penyebaran wabah penyakit yang telah menewaskan ratusan orang di antara korban banjir. (Foto AP/Fareed Khan)
Para penderita DBD dirawat di bangsal isolasi di sebuah rumah sakit di Karachi. Pakistan mengerahkan ribuan dokter dan paramedis di lokasi banjir terparah untuk menahan penyebaran wabah penyakit yang telah menewaskan ratusan orang di antara korban banjir. (Foto AP/Fareed Khan)

Banjir yang mencatatkan sejarah di Pakistan mulai surut. Meski demikian, dampak bencana tersebut terhadap jutaan orang yang selamat masih jauh dari selesai.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, penyakit merajalela, krisis pangan membayangi dan kondisi ekonomi semakin memburuk. Hal ini terjadi ketika musim dingin semakin dekat, mengancam kehidupan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, kekurangan bahan bakar untuk menyalakan alat penghangat, kekurangan layanan kesehatan dan kebutuhan pokok lainnya.

Direktur kedaruratan regional WHO, Richard Brennan, mengatakan bahwa risiko kesehatan masyarakat semakin meningkat. Ia mengatakan, kerusakan infrastruktur, genangan air dan fasilitas sanitasi yang tidak memadai menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Sejak Juli, ia mencatat lebih dari 540.000 kasus malaria telah dilaporkan di 32 distrik yang dilanda banjir di Pakistan.

“Ancaman kesehatan lainnya termasuk meningkatnya kasus penyakit diare, wabah demam berdarah yang sedang berlangsung, campak dan difteri. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah tingginya angka gizi buruk akut, terutama di kalangan anak-anak balita. Akses ke air bersih dan sanitasi tetap terbatas, di mana orang-orang menggunakan air yang terkontaminasi untuk konsumsi rumah tangga. Wanita hamil membutuhkan akses ke layanan persalinan yang bersih dan aman,” kata Brennan.

Ia mencatat, lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan rusak atau hancur akibat banjir, membuat pemberian layanan kesehatan semakin sulit. Meski demikian, ia mengatakan bahwa WHO bekerja secara efektif di beberapa bidang kesehatan prioritas, termasuk mengatasi kekurangan gizi akut.

“Kami sedang melakukan penyaringan. Di beberapa tempat kami mencatat lebih dari 10 persen penduduk mengalami gizi buruk akut yang parah, apalagi gizi buruk secara keseluruhan. Jadi, yang sudah dilakukan WHO adalah membantu sekitar 16 pusat stabilisasi bagi mereka yang mengalami gizi buruk akut, terutama untuk anak-anak yang mengalami komplikasi dari kondisi tersebut. Kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk membangun 19 pusat lainny,” tambah Brennan.

Brennan baru kembali dari Pakistan beberapa minggu lalu dan mengaku kewalahan dengan besarnya kebutuhan di sana, terutama di Provinsi Sindh yang paling terdampak oleh banjir. Sayangnya, di tengah berbagai situasi darurat di berbagai belahan dunia yang menyita perhatian, ia memerhatikan bahwa pemberitaan media massa tentang bencana banjir di Pakistan dengan cepat tak lagi diperhatikan.

Ia mengatakan, WHO membutuhkan $81 juta (Rp1,2 triliun) untuk mengatasi krisis kesehatan di Pakistan. Ia memperingatkan bahwa kondisi yang lebih buruk akan terjadi apabila masyarakat internasional tidak menanggapi permohonan bantuan tersebut. [rd/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG