Ukraina yang kini tengah mengalami sitausi yang sangat sulit namun tetap berusaha tegar mengajukan permintaan menjelang pertemuan puncak NATO untuk mendapat lebih banyak senjata dari pihak Barat guna memerangi apa yang secara resmi disebut Amerika Serikat sebagai “kejahatan perang” Rusia.
Hampir sebulan setelah Rusia melancarkan invasi, yang oleh Presiden Vladimir Putin anggap sebagai cara untuk memaksa Ukraina keluar dari jalurnya yang pro terhadap Barat, pertempuran terus berkecamuk di seluruh pelosok negara di Eropa timur itu, dan kota pelabuhan Mariupol yang terkepung menghadapi kengerian baru.
Ketika Presiden AS Joe Biden tiba di Brussels untuk menghadiri KTT NATO, G7 dan Uni Eropa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan hampir 100.000 orang di kota yang terletak di selatan Ukraina itu masih terjebak. Di bawah pengeboman tanpa henti, para warga di Mairupol kini hidup tanpa akses terhadap air bersih, makanan, dan listrik, katanya.
Walikota Kyiv, yang juga mantan juara dunia tinju kelas berat Vitali Klitschko, mengatakan pasukan Ukraina memukul mundur pasukan Rusia kembali di beberapa daerah di sekitar ibu kota.
“Kami siap berjuang untuk setiap gedung, setiap jalan, setiap bagian kota kami,” kata Klitschko kepada wartawan. “Kami lebih baik mati daripada berlutut di depan Rusia atau menyerah kepada penjajah.”
Seorang pejabat senior NATO mengatakan kepada wartawan bahwa hampir 15.000 tentara Rusia mungkin telah tewas dalam pertempuran tersebut. [lt/ka]