YOGYAKARTA —
Para pemilih di TPS 102 Komplek Perumahan Sawitsari Kelurahan Condong Catur kabupaten Sleman Yogyakarta Rabu pagi (9/4) harus menjalani pemeriksaan ketat dengan metal detektor. Sebab, wakil presiden dan isterinya Herawati Boediono ikut mencoblos di TPS 102.
Sardiono, Ketua KPPS TPS 102 mengatakan, di TPS tersebut terdapat 270 Daftar Pemilih Tetap termasuk Wakil presiden dan isterinya. Untuk memudahkan, sejak awal panitia pemilihan sudah menetapkan urutan untuk mencoblos masing-masing nomor 24 dan 25 untuk Boediono dan isterinya Herawati.
"Bagi mereka (para pemilih) yang sudah mendaftar-satu sampai duapuluh tiga, disediakan tempat disini. Untuk nomor 24 dan 25 kita siapkan untuk bapak dan ibu (Wakil Presiden). Nomor selanjutnya, meski Bapak belum datang misalnya tetapi nomor 24, 25 tetap kita kosongkan,” kata Sardiono.
Di TPS 102 juga hadir sejumlah mahasiswa luar daerah yang bermaksud mencoblos tetapi tidak bisa karena tidak memiliki Kartu A-5 untuk mutasi pemilih. Ari, mahasiswi asal Indramayu harus menerima kenyataan tidak bisa mencoblos karena tidak membawa Kartu A-5.
“Enggak (bisa milih), soalnya katanya saya harus pake A-5, sementara saya belum mengurus A-5. Ya kemarin dapat kabar dari teman bisa tanpa A-5. Kecewa nggak kecewa ya, mungkin memang saya harus pro-aktif ya, harusnya diurus dari kemarin-kemarin,” jelas Ari.
Dari awal memang ada kekhawatiran banyak mahasiswa dari luar Yogyakarta memilih golput, seperti disampaikan Farid Bambang Siswantoro, komisioner KPU DIY.
“Saya sosialisasi dimana-mana dan kelihatannya mereka antusias tetapi pada kali kedua datang kesana, 'anda sudah ndaftar?' 'belum pak'. 'Lho, bagaimana, kan sudah diskusi'. Ah, nggak minat pak'," jelas Farid Bambang Siswantoro. "Pertimbangannya ternyata macam-macam, bukan hanya karena kurangnya sosialisasi tapi itu memang pilihan mereka sendiri," tambahnya.
Sementara itu gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 beserta keluarganya mencoblos di TPS 11 Magangan Wetan kecamatan Kraton Yogyakarta. Sultan berharap, mereka yang terpilih lebih aspiratif.
"Semoga di DPD, DPR Pusat maupun propinsi maupun kota lebih aspiratif lah orangnya. Semoga lebih aspiratif lah masyarakat dan mereka yang jadi anggota,” kata Sri Sultan.
Sementara itu, di TPS 12 yang juga terletak kecamatan Kraton, para pemilih antusias karena panitia pemilihan menyediakan hadiah atau door prize berupa alat-alat rumah tangga yang diundi pada akhir pencoblosan. Ibu Wiji, salah satu panitia yang menyandang cacat kaki mengatakan, TPS 12 sudah memberikan fasilitas bagi kaum difabel meskipun belum maksimal. “Fasilitas yang ada di sini itu template untuk tuna netra. Terus, kalau untuk kursi roda ini kurang akses”, katanya.
Untuk memberikan kemudahan bagi pemilih difabel memasukkan kartu suara, kotak suara diletakkan pada posisi yang rendah yaitu diatas lantai.
Sardiono, Ketua KPPS TPS 102 mengatakan, di TPS tersebut terdapat 270 Daftar Pemilih Tetap termasuk Wakil presiden dan isterinya. Untuk memudahkan, sejak awal panitia pemilihan sudah menetapkan urutan untuk mencoblos masing-masing nomor 24 dan 25 untuk Boediono dan isterinya Herawati.
"Bagi mereka (para pemilih) yang sudah mendaftar-satu sampai duapuluh tiga, disediakan tempat disini. Untuk nomor 24 dan 25 kita siapkan untuk bapak dan ibu (Wakil Presiden). Nomor selanjutnya, meski Bapak belum datang misalnya tetapi nomor 24, 25 tetap kita kosongkan,” kata Sardiono.
Di TPS 102 juga hadir sejumlah mahasiswa luar daerah yang bermaksud mencoblos tetapi tidak bisa karena tidak memiliki Kartu A-5 untuk mutasi pemilih. Ari, mahasiswi asal Indramayu harus menerima kenyataan tidak bisa mencoblos karena tidak membawa Kartu A-5.
“Enggak (bisa milih), soalnya katanya saya harus pake A-5, sementara saya belum mengurus A-5. Ya kemarin dapat kabar dari teman bisa tanpa A-5. Kecewa nggak kecewa ya, mungkin memang saya harus pro-aktif ya, harusnya diurus dari kemarin-kemarin,” jelas Ari.
Dari awal memang ada kekhawatiran banyak mahasiswa dari luar Yogyakarta memilih golput, seperti disampaikan Farid Bambang Siswantoro, komisioner KPU DIY.
“Saya sosialisasi dimana-mana dan kelihatannya mereka antusias tetapi pada kali kedua datang kesana, 'anda sudah ndaftar?' 'belum pak'. 'Lho, bagaimana, kan sudah diskusi'. Ah, nggak minat pak'," jelas Farid Bambang Siswantoro. "Pertimbangannya ternyata macam-macam, bukan hanya karena kurangnya sosialisasi tapi itu memang pilihan mereka sendiri," tambahnya.
Sementara itu gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 beserta keluarganya mencoblos di TPS 11 Magangan Wetan kecamatan Kraton Yogyakarta. Sultan berharap, mereka yang terpilih lebih aspiratif.
"Semoga di DPD, DPR Pusat maupun propinsi maupun kota lebih aspiratif lah orangnya. Semoga lebih aspiratif lah masyarakat dan mereka yang jadi anggota,” kata Sri Sultan.
Sementara itu, di TPS 12 yang juga terletak kecamatan Kraton, para pemilih antusias karena panitia pemilihan menyediakan hadiah atau door prize berupa alat-alat rumah tangga yang diundi pada akhir pencoblosan. Ibu Wiji, salah satu panitia yang menyandang cacat kaki mengatakan, TPS 12 sudah memberikan fasilitas bagi kaum difabel meskipun belum maksimal. “Fasilitas yang ada di sini itu template untuk tuna netra. Terus, kalau untuk kursi roda ini kurang akses”, katanya.
Untuk memberikan kemudahan bagi pemilih difabel memasukkan kartu suara, kotak suara diletakkan pada posisi yang rendah yaitu diatas lantai.