Pengunduran diri wakil presiden Filipina dari kabinet negaranya yang menghebohkan akan memungkinkan dia menggalang kekuatan lebih besar untuk menentang kampanye anti narkoba Presiden Rodrigo Duterte yang menelan korban jiwa dan secara internasional kontroversial, meskipun protesnya diduga tidak akan mengubah kebijakan.
Wakil Presiden Leni Robredo mundur jabatannya sebagai menteri perumahan bulan ini, setelah Duterte memintanya untuk berhenti menghadiri rapat kabinet, demikian menurut laporan dan foto sms yang disebarkan media lokal. Dia sangat mengecam kampanye Duterte dalam memberantas narkoba, yang perkiraan kantornya telah menewaskan 5.000 orang.
Duterte mengatakan kepada satu forum bisnis, Senin (12/12) dia sendiri telah membunuh orang ketika menjabat sebagai walikota Davao, kota kedua terbesar di negara itu, yang dia perintah selama 22 tahun sebelum menjadi presiden.
Robredo mungkin akan melakukan perjalanan keliling kepulauan Asia Tenggara itu untuk berbicara kepada masyarakat, kata Eduardo Araral, profesor kebijakan publik di Universitas Nasional Singapura. Tapi Duterte tetap populer dengan pendekatan yang tegas dalam membasmi kejahatan yang sudah merajalela itu.
Rakyat Filipina memilih presiden dan wakil presiden secara terpisah untuk tujuan pengawasan dan keseimbangan. Duterte memenangkan kursi kepresidenan pada bulan Mei dengan PDP-Laban, partai yang didirikan pada tahun 1982 untuk mendukung nasionalisme dan federalisme. Wakil presiden mencalonkan diri bulan itu dengan Partai Liberal sentris yang sudah berusia 70 tahun. [as/uh]