Hari yang dilalui Noor Ahmed di Kabul sama seperti hari lainnya. Ia menggoreng sambosa, makanan khas penduduk setempat. Ia berharap bisa menjualnya untuk berbuka puasa selama Ramadan. Ia tidak peduli apakah pasukan asing tetap berada di Afghanistan atau pergi.
“Penarikan pasukan tidak akan mempengaruhi kehidupan kami sehari-hari. Tidak ada orang Amerika atau orang asing yang membeli makanan saya, pembelinya hanya orang Afghanistan. Sejauh ini, semuanya berjalan seperti biasa,” kata Noor Ahmed.
Amerika dan sekutunya secara resmi mulai menarik pasukan dari Afghanistan dan menyerahkan urusan pengamanan kepada mitranya di Afghanistan.
Sebagian warga seperti Ahmad, tidak peduli. Tetapi langkah penarikan pasukan itu telah mengejutkan sebagian besar masyarakat.
Mehbooha salah seorang dari banyak perempuan muda Afghanistan sudah menyaksikan perubahan besar dalam hidup mereka tanpa Taliban. “Saat ini, semua perempuan Afghanistan prihatin, sangat prihatin. Kami berharap komunitas internasional akan melakukan sesuatu untuk melindungi kami. Kami takut segala sesuatunya akan kembali seperti masa lalu," komentarnya.
Masa lalu itu, ketika Taliban memerintah Afghanistan dan perempuan hanya memiliki sedikit hak. Sejak itu, Afghanistan telah membuat kemajuan besar. Afghanistan baru tanpa Taliban ditandai dengan banyaknya pilihan media dan hiburan, serta jumlah besar kaum muda dan perempuan pekerja yang lulus perguruan tinggi.
Komunitas internasional berjanji untuk tetap terlibat dengan negara itu setelah pasukan asing keluar.
Tetapi dalam satu tahun terakhir Taliban telah meningkatkan serangannya terhadap pemerintah Afghanistan dan pasukan keamanan. Perundingan perdamaian antara Taliban dan pemerintah Afghanistan macet. Kepercayaan warga terhadap pasukan keamanan Afghanistan dan kemampuannya untuk melawan Taliban juga rendah.
Banyak orang, termasuk pejabat senior AS, khawatir pertempuran akan meningkat dan membuat kota-kota rentan terhadap pengambilalihan Taliban.
Pemerintah sedang berupaya meredakan kekhawatiran itu. Minggu lalu, pemerintah mengajak kantor-kantor media tur ke pangkalan pasukan operasi khusus, lengkap dengan tembakan dari senjata dan tank.
Jenderal Haibatullah Alizada, Komandan Pasukan Khusus Afghanistan mengatakan, “Kami memperkirakan hal yang sama, pertempuran, pertempuran yang tegang, tapi kami siap untuk itu. Ini negara kami. Kami akan berperang sampai akhir dan akan melenyapkan teroris ini dari Afghanistan."
Ucapan itu bagi banyak warga terutama kaum muda, dianggap keras namun tidak banyak menghibur. Banyak yang mengatakan penyelesaian politik yang dirundingkan dengan Taliban kemungkinan akan mengarah pada penurunan hak yang diperoleh selama dua dekade terakhir.
Yang paling buruk, mereka takut akan kembali ke tahun 1990-an ketika perang saudara selama bertahun-tahun menyebabkan militer Taliban mengambil alih Kabul.
Ketika warga menjalani kehidupan sehari-hari, berjalan-jalan, berbelanja untuk Idul Fitri, situasi normal di sana tampak menyembunyikan kekhawatiran sebuah negara yang cemas tentang masa depannya. [my/lt]