Warga Amerika memperingati Hari Martin Luther King Jr, untuk menghormati pahlawan yang memperjuangkan hak-hak sipil dan berkeyakinan bahwa sukses perjuangannya bergantung kepada prinsip-prinsip non-kekerasan.
Setiap tahun, pada Senin ketiga Januari, warga Amerika memberi penghormatan kepada pemimpin hak-hak sipil itu, yang pada 1950an dan 1960an mengorganisasi protes tanpa kekerasan terhadap politik pemisahan berdasarkan ras di Selatan, serta memperjuangkan kesetaraan untuk warga kulit hitam dan hak untuk memilih.
Presiden Donald Trump tidak melakukan acara resmi apa-apa dan berada di resor golf pribadi di Florida. Dia mendedikasikan pidato mingguannya, yang disiarkan pada Senin (15/1), untuk Dr. King.
“Cita-cita Dr. King adalah cita-cita kita. Ini merupakan cita-cita Amerika,” kata Trump.
Dua dari anak-anak Dr. King mengecam pidato Trump pada Senin, menyusul tuduhan pecan lalu bahwa dia menggambarkan imigran dari Haiti, El Salvador, dan Afrika sebagai imigran yang berasal dari negara yang kotor dan miskin, menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk menggambarkan kedua negara itu. Trump dilaporkan juga lebih menyukai imigran yang berasal dari negara seperti Norwegia.
Di Washington, putra tertua Dr. King, Martin Luther King III, mengatakan, “Kalau presiden mendesak bahwa negara kita perlu penduduk dari negara kulit putih seperti Norwegia, saya berpendapat kita tidak usah membuang waktu untuk menjelaskan apa maknanya.”
Dia menambahkan, “Kita perlu mencari jalan untuk mencapai hati orang ini.”
Putri King, Pendeta Bernice King, dalam sebuah kebaktian di Gereja Baptis Ebenezer di Atlanta, mengatakan, “kita tidak bisa membiarkan negara-negara di dunia merangkul kata-kata yang berasal dari presiden kita dan memperlakukannya seakan-akan itu adalah semangat sebenarnya dari Amerika Serikat.”
Sejak kejadian yang dituduhkan itu, Trump secara luas dikecam sebagai seorang rasis. Trump menolak tuduhan itu. [ps/jm]