Pasar Shorja di tengah kota Baghdad ramai oleh pengunjung yang berbelanja hiasan Ramadan, gula-gula dan camilan manis tradisional dan berbagai jenis makanan lainnya.
Abdullah Jassim, karyawan di toko yang menjual hidangan manis itu mengatakan, "Selama bulan Ramadan, permintaan hidangan manis meningkat karena orang-orang berpuasa perlu energi. Saya berdoa keselamatan dan keamanan terjaga di Irak dan di seluruh dunia selama bulan suci ini.”
Pengunjung pusat perbelanjaan utama di Baghdad itu sibuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Islam. Pada bulan ini, keluarga biasanya sering berkumpul. Begitu pula kumpul-kumpul meriah dengan teman-teman untuk berbuka puasa bersama kerap diadakan.
Tetapi ada sebagian warga yang tidak larut dalam kehebohan berbelanja menjelang Ramadan kali ini. Mereka mengalami keterbatasan dana karena krisis mata uang di negara mereka.
Abu Hussien, seorang warga Irak, menjelaskan, "Perubahan nilai tukar dolar telah memengaruhi pasar dan orang-orang karena pendapatan mereka jadi terbatas. Dulu, gaji dapat bertahan hingga satu bulan, sekarang ini hanya cukup untuk menutup pengeluaran dua pekan, 14 atau 15 hari, setelah itu habis.”
Di Masjid Sheikh Abdul-Qadir al-Gilani, di mana ratusan orang biasanya antre berjejer untuk mendapatkan makanan gratis, para karyawan telah menyimpan sejumlah besar makanan untuk memenuhi permintaan makanan yang meningkat selama Ramadan.
Saad Hashem, pengawas dapur di masjid itu mengatakan, "Kami bersiap-siap untuk bulan suci Ramadan karena jumlah hidangan yang akan kami berikan untuk kaum miskin akan meningkat.
Saad mengatakan, kebutuhan beras dan daging akan naik, masing-masing 100 kilogram. Selain roti, yogurt dan kurma, pihak masjid harus menyediakan 60 kilogram lentil. Semua bahan makanan itu nantinya disajikan sebagai hidangan iftar yang akan disantap pada waktu berbuka puasa. [uh/ab]
Forum