ABUJA —
Kota nelayan Baga terletak di tepi timur laut Nigeria, di sebuah dataran yang menjorok ke Danau Chad. Warga kota itu meninggalkan rumah mereka akhir pekan lalu ketika pecah pertempuran sengit antara militer dan tersangka militan Islam radikal Boko Haram.
Seorang pejabat setempat, Lawan Kole, mengatakan pertempuran itu menghancurkan sekitar 2.000 rumah dan mengakibatkan 185 orang tewas.
Seorang tentara yang terlibat dalam operasi-operasi lapangan itu - yang tidak mau disebutkan namanya - mengatakan pejuang Boko Haram harus bertanggung jawab atas pembunuhan itu karena mereka beroperasi di kota itu, dengan menggunakan penduduk sipil sebagai perisai manusia. “Apa yang terjadi malam itu adalah baku tembak antara kami dan para pemberontak, para teroris. Sangat buruk, mereka menembakkan granat roket, yang menyebabkan kebakaran itu,” katanya.
Tetapi beberapa penduduk setempat mengatakan pertempuran itu di luar kendali kedua pihak dan tentara membakar rumah-rumah dan memburu orang ke hutan-hutan.
Pertempuran diyakini telah dimulai Jumat malam, namun baru hari Minggu berita itu sampai ke ibukota Nigeria.
Pada hari Minggu, Gubernur Borno, Kashim Shettima, mengunjungi Baga. Gubernur itu mendesak warga yang berangsur-angsur kembali ke kota untuk tetap tinggal di rumah mereka dan berjanji bahwa jika perdamaian tidak pulih, ia secara pribadi akan pindah ke Baga.
“Saya akan meminta semua orang untuk kembali ke rumah. Jika konflik terus terjadi, saya pribadi akan pindah dari Maiduguri ke Baga dan ikut merasakan gangguan teroris,” kata Shettima.
Boko Haram telah berperang melawan pemerintah sejak 2009, menyerang gereja, sekolah, infrastruktur telekomunikasi, kantor-kantor media, kantor pemerintah dan kantor PBB setempat.
Krisis di Baga pada akhir pekan itu merupakan salah satu tragedi dengan jumlah korban tertinggi dalam serangan tunggal tetapi belum jelas apakah para korban itu memang menjadi sasaran atau meninggal dalam kebakaran selama pertempuran itu.
Boko Haram memperjuangkan penegakan hukum Islam di Nigeria dan pembebasan anggotanya yang dipenjara. Namun kelompok itu berkomunikasi dengan publik hanya melalui email dan video yang tidak bisa diverifikasi dan tidak ada yang secara pasti tahu persis siapa mereka atau apa yang mereka wakili.
Beberapa tokoh masyarakat di wilayah utara telah meminta pemerintah untuk memberikan amnesti kepada para pejuang Boko Haram, dalam upaya mengakhiri bertambahnya korban tewas.
Seorang pejabat setempat, Lawan Kole, mengatakan pertempuran itu menghancurkan sekitar 2.000 rumah dan mengakibatkan 185 orang tewas.
Seorang tentara yang terlibat dalam operasi-operasi lapangan itu - yang tidak mau disebutkan namanya - mengatakan pejuang Boko Haram harus bertanggung jawab atas pembunuhan itu karena mereka beroperasi di kota itu, dengan menggunakan penduduk sipil sebagai perisai manusia. “Apa yang terjadi malam itu adalah baku tembak antara kami dan para pemberontak, para teroris. Sangat buruk, mereka menembakkan granat roket, yang menyebabkan kebakaran itu,” katanya.
Tetapi beberapa penduduk setempat mengatakan pertempuran itu di luar kendali kedua pihak dan tentara membakar rumah-rumah dan memburu orang ke hutan-hutan.
Pertempuran diyakini telah dimulai Jumat malam, namun baru hari Minggu berita itu sampai ke ibukota Nigeria.
Pada hari Minggu, Gubernur Borno, Kashim Shettima, mengunjungi Baga. Gubernur itu mendesak warga yang berangsur-angsur kembali ke kota untuk tetap tinggal di rumah mereka dan berjanji bahwa jika perdamaian tidak pulih, ia secara pribadi akan pindah ke Baga.
“Saya akan meminta semua orang untuk kembali ke rumah. Jika konflik terus terjadi, saya pribadi akan pindah dari Maiduguri ke Baga dan ikut merasakan gangguan teroris,” kata Shettima.
Boko Haram telah berperang melawan pemerintah sejak 2009, menyerang gereja, sekolah, infrastruktur telekomunikasi, kantor-kantor media, kantor pemerintah dan kantor PBB setempat.
Krisis di Baga pada akhir pekan itu merupakan salah satu tragedi dengan jumlah korban tertinggi dalam serangan tunggal tetapi belum jelas apakah para korban itu memang menjadi sasaran atau meninggal dalam kebakaran selama pertempuran itu.
Boko Haram memperjuangkan penegakan hukum Islam di Nigeria dan pembebasan anggotanya yang dipenjara. Namun kelompok itu berkomunikasi dengan publik hanya melalui email dan video yang tidak bisa diverifikasi dan tidak ada yang secara pasti tahu persis siapa mereka atau apa yang mereka wakili.
Beberapa tokoh masyarakat di wilayah utara telah meminta pemerintah untuk memberikan amnesti kepada para pejuang Boko Haram, dalam upaya mengakhiri bertambahnya korban tewas.