HANOI —
Meskipun hanya menduduki peringkat 116 dalam ranking Organisasi Sepak Bola Sedunia (FIFA), para pecandu bola dalam setiap pertandingan dapat menjadi bukti besarnya antusias mereka dalam mendukung kesebelasan nasional Vietnam dalam pertandingan-pertandingan internasional.
Itulah mengapa keputusan pemerintah untuk tidak menjadi tuan rumah Asian Games 2019 mengejutkan banyak pengamat termasuk pakar Vietnam Profesor Carl Thayer dari University of New South Wales di Australia.
"Ini adalah negara yang senang menjadi pusat perhatian, yang tergila-gila dengan olah raga. Bagi saya mengejutkan karena biasanya Vietnam menggunakan kesempatan-kesempatan ini untuk tampil," kata Thayer.
Tapi reaksi di dalam negeri menunjukkan banyak yang sudah memperkirakan hal itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Kamis Perdana Menteri Nguyen Tan Dung mengatakan Vietnam tidak berpengalaman menjadi tuan rumah pertandingan olah raga yang besar, dan Vietnam juga sedang menghadapi kesulitan sosial dan ekonomi.
Hanoi memenangkan persaingan untuk menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 2012 mengalahkan kota Surabaya. Tapi antisipasi biaya pelaksanaannya dikecam oleh publik yang prihatin dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu 5 persen per tahun yang dihambat oleh ketidak keefisienan perusahaan-perusahaan negara dan sistem perbankan yang bermasalah.
Menurut laporan media lokal. biaya penyelenggaraan acara itu semula diperkirakan 150 juta dolar Amerika. Namun sebagian pihak memperkirakan bahwa biayanya jauh lebih tinggi.
Berita mundurnya Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games umumnya disambut baik di Vietnam. Ekonom Nguyen Quang A mengatakan ia mendukung tindakan itu dan menambahkan itu adalah sebuah “keputusan yang berani”.
Itulah mengapa keputusan pemerintah untuk tidak menjadi tuan rumah Asian Games 2019 mengejutkan banyak pengamat termasuk pakar Vietnam Profesor Carl Thayer dari University of New South Wales di Australia.
"Ini adalah negara yang senang menjadi pusat perhatian, yang tergila-gila dengan olah raga. Bagi saya mengejutkan karena biasanya Vietnam menggunakan kesempatan-kesempatan ini untuk tampil," kata Thayer.
Tapi reaksi di dalam negeri menunjukkan banyak yang sudah memperkirakan hal itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Kamis Perdana Menteri Nguyen Tan Dung mengatakan Vietnam tidak berpengalaman menjadi tuan rumah pertandingan olah raga yang besar, dan Vietnam juga sedang menghadapi kesulitan sosial dan ekonomi.
Hanoi memenangkan persaingan untuk menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 2012 mengalahkan kota Surabaya. Tapi antisipasi biaya pelaksanaannya dikecam oleh publik yang prihatin dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu 5 persen per tahun yang dihambat oleh ketidak keefisienan perusahaan-perusahaan negara dan sistem perbankan yang bermasalah.
Menurut laporan media lokal. biaya penyelenggaraan acara itu semula diperkirakan 150 juta dolar Amerika. Namun sebagian pihak memperkirakan bahwa biayanya jauh lebih tinggi.
Berita mundurnya Vietnam sebagai tuan rumah Asian Games umumnya disambut baik di Vietnam. Ekonom Nguyen Quang A mengatakan ia mendukung tindakan itu dan menambahkan itu adalah sebuah “keputusan yang berani”.