ISLAMABAD —
Pembawa acara saluran swasta Geo News, Hamid Mir, diserang dengan senjata api dan ditembak di Karachi Sabtu, ketika ia pergi dari bandara menuju studio untuk melangsungkan siaran langsung. Ia terkena sejumlah peluru namun dokter mengatakan kondisinya sudah stabil.
Kepala biro saluran Islamabab, Rana Jawad, mengatakan Mir masih dalam observasi di rumah sakit. "Ia sudah terhindar dari bahaya, situasi jiwa terancam, sudah berlalu. Namun masih perlu waktu 72 jam sebelum dapat diketahui kerusakan apa yang diakibatkan oleh penembakan ini," kata Rana Jawad.
Mir yang berusia 47 tahun mengatakan kepada polisi bahwa mobilnya diikuti dari bandara oleh orang yang tidak dikenal dengan mobil dan sejumlah sepeda motor, dan kemudian seseorang menembak saat melintas di jalan yang padat.
Serangan ini membuat marah wartawan di Pakistan dan mereka berunjuk rasa di Islamabad menuntut pemerintah mengadili mereka yang bertanggung jawab, Minggu (20/4).
Pengunjuk rasa bertekad untuk tidak terpengaruh dengan taktik seperti ini dan menuntut pemerintah menjamin perlindungan wartawan dan kebebasan pers di negeri itu.
Mir kerap juga mendapat ancaman di masa lalu. Pada 2012 Polisi menemukan bahan peledak dibawah mobilnya dekat tempat tinggalnya di Islamabad.
Anggota keluarga Mir menuduh badan mata-mata militer Pakistan ISI, yang merancang penembakan ini sebagai tanggapan terhadap kritik Mir terhadap lembaga yang kuat ini. Namun seorang juru bicara militer menyangkal tudingan ini, dengan menyebutnya sebagai sesuatu yang "disesalkan dan menyesatkan."
Secara terpisah, Perdana Menteri Nawaz Sharif Minggu mengumumkan dibentuknya komisi judisial untuk menyelidiki insiden ini. Pemerintah menawarkan imbalan sekitar $100,000 (10 juta rupee) untuk informasi yang dapat mengarah pada penyerang itu.
Namun pengkritik seperti Matiullah Jan, yang membawa acara bincang-bincang di saluran televisi Pakistan lainnya, tidak mengharapkan hasil yang nyata dari penyelidikan ini. Ia mengatakan, militer merupakan lembaga yang terlalu kuat dan pemimpin politik enggan untuk menerapkan kendali konstitusinya atas lembaga ini.
"Oleh karena itu setiap keluhan terhadap militer, terkadang tidak ditanggapi secara serius dan bahkan terjadi tawar menawar politik dengan kekuatan yang mapan itu dan pemerintahan. Jika ketidakseimbangan antara sipil dan militer belum diatasi, jika pemerintah belum mengendalikan secara penuh, saya berpendapat ini sama saja dengan meminta keajaiban kalau minta pemerintah untuk menyelidiki serangan terhadap wartawan itu," jelas Matiullah Jan.
Karachi, yang berpenduduk 20 juta, akhir akhir ini menyaksikan peningkatan dramatis dalam kejahatan, kekerasan yang bermotifkan politik dan militan. Banyak tempat di kota itu menjadi daerah kekuasaan Taliban, sementara yang lainnya dikuasai partai politik lewat milisi-milisinya.
Penculikan untuk meminta uang tebusan, hampir terjadi setiap hari. Dalam sebuah insiden akhir-akhir ini, polisi Minggu melaporkan dua staf lokal United Nations Children's Fund telah diculik.
Pengecam militer tidak menampik kemungkinan keterlibatan kriminal dalam penembakan Hamid Mir dan serangan lainnya terhadap wartawan.
Kepala biro saluran Islamabab, Rana Jawad, mengatakan Mir masih dalam observasi di rumah sakit. "Ia sudah terhindar dari bahaya, situasi jiwa terancam, sudah berlalu. Namun masih perlu waktu 72 jam sebelum dapat diketahui kerusakan apa yang diakibatkan oleh penembakan ini," kata Rana Jawad.
Mir yang berusia 47 tahun mengatakan kepada polisi bahwa mobilnya diikuti dari bandara oleh orang yang tidak dikenal dengan mobil dan sejumlah sepeda motor, dan kemudian seseorang menembak saat melintas di jalan yang padat.
Serangan ini membuat marah wartawan di Pakistan dan mereka berunjuk rasa di Islamabad menuntut pemerintah mengadili mereka yang bertanggung jawab, Minggu (20/4).
Pengunjuk rasa bertekad untuk tidak terpengaruh dengan taktik seperti ini dan menuntut pemerintah menjamin perlindungan wartawan dan kebebasan pers di negeri itu.
Mir kerap juga mendapat ancaman di masa lalu. Pada 2012 Polisi menemukan bahan peledak dibawah mobilnya dekat tempat tinggalnya di Islamabad.
Anggota keluarga Mir menuduh badan mata-mata militer Pakistan ISI, yang merancang penembakan ini sebagai tanggapan terhadap kritik Mir terhadap lembaga yang kuat ini. Namun seorang juru bicara militer menyangkal tudingan ini, dengan menyebutnya sebagai sesuatu yang "disesalkan dan menyesatkan."
Secara terpisah, Perdana Menteri Nawaz Sharif Minggu mengumumkan dibentuknya komisi judisial untuk menyelidiki insiden ini. Pemerintah menawarkan imbalan sekitar $100,000 (10 juta rupee) untuk informasi yang dapat mengarah pada penyerang itu.
Namun pengkritik seperti Matiullah Jan, yang membawa acara bincang-bincang di saluran televisi Pakistan lainnya, tidak mengharapkan hasil yang nyata dari penyelidikan ini. Ia mengatakan, militer merupakan lembaga yang terlalu kuat dan pemimpin politik enggan untuk menerapkan kendali konstitusinya atas lembaga ini.
"Oleh karena itu setiap keluhan terhadap militer, terkadang tidak ditanggapi secara serius dan bahkan terjadi tawar menawar politik dengan kekuatan yang mapan itu dan pemerintahan. Jika ketidakseimbangan antara sipil dan militer belum diatasi, jika pemerintah belum mengendalikan secara penuh, saya berpendapat ini sama saja dengan meminta keajaiban kalau minta pemerintah untuk menyelidiki serangan terhadap wartawan itu," jelas Matiullah Jan.
Karachi, yang berpenduduk 20 juta, akhir akhir ini menyaksikan peningkatan dramatis dalam kejahatan, kekerasan yang bermotifkan politik dan militan. Banyak tempat di kota itu menjadi daerah kekuasaan Taliban, sementara yang lainnya dikuasai partai politik lewat milisi-milisinya.
Penculikan untuk meminta uang tebusan, hampir terjadi setiap hari. Dalam sebuah insiden akhir-akhir ini, polisi Minggu melaporkan dua staf lokal United Nations Children's Fund telah diculik.
Pengecam militer tidak menampik kemungkinan keterlibatan kriminal dalam penembakan Hamid Mir dan serangan lainnya terhadap wartawan.