Menghadapi pelecehan, pembreidelan dan ancaman penjara, para wartawan Turki di pengasingan menggunakan Jerman sebagai pangkalan untuk melaporkan kekacauan politik di negara mereka menjelang referendum hari Minggu (16/4).
Dundar dihukum karena mengungkapkan rahasia negara setelah ia menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan, badan intelijen Turki terlibat dalam pengiriman senjata kepada pemberontak Suriah. Ia dipenjara selama tiga bulan dan ditembak di depan gedung pengadilan ketika ia sedang memberi penjelasan kepada wartawan.
Dundar dijatuhi hukuman penjara tetapi pergi ke Jerman setelah dibebaskan di tingkat banding. Sekarang dia menangani situs berita dalam dua bahasa, Ozguruz di Berlin, dengan bantuan organisasi berita nirlaba Jerman, Correctiv. “Ozguruz '' berarti “Kita bebas'' dalam bahasa Turki.
“Tentu saja ada teman dan rekan yang masih berjuang di Turki, tetapi itu merupakan tugas yang sangat berbahaya,'' kata Dundar kepada kantor berita Associated Press.
Pada hari Minggu, Turki akan memilih “ya'' atau “tidak '' untuk amandemen konstitusi yang akan menghapus kantor perdana menteri dan memindahklan kekuasaan eksekutif kepada presiden, sesuatu yang ditakuti oleh para pengecamnya, bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan akan lebih memperkuat kekuasaanya dan membentuk Turki sesuai pandangan konservatif dan pro-Islamnya. Jajak pendapat menunjukkan ia bisa menang tipis.
Erdogan telah menumpas oposisi atas upaya kudeta pada bulan Juli dan ia menyalahkan pengikut ulama Fethullah Gulen yang tinggal. Selain memenjarakan dan memecat ribuan pejabat militer dan pemerintah, pemerintah menutup 178 kantor berita.
Komite Pelindung Wartawan (CPJ), yang berkantor di New York mengatakan, Turki memenjarakan lebih banyak wartawan pada tahun 2016 dibanding negara lain. [ps/ii]