Tautan-tautan Akses

Situs Internet Penebar Kebencian Semakin Marak


Seorang profesor dari Emerson College Boston menunjukkan salah satu situs internet yang diidentifikasikan sebagai situs penebar kebencian (foto:dok).
Seorang profesor dari Emerson College Boston menunjukkan salah satu situs internet yang diidentifikasikan sebagai situs penebar kebencian (foto:dok).

Internet telah memungkinkan revolusi di Timur Tengah dan mengubah cara orang berkomunikasi, namun internet juga menjadi sarana bagi teroris dan kelompok penebar kebencian untuk mencapai tujuan mereka.

Sebuah laporan baru oleh Pusat Simon Wiesenthal di Los Angeles melihat semakin banyaknya situs internet yang digunakan untuk menebar kebencian.

Rick Eaton – seorang peneliti senior di Simon Wiesenthal Center menunjukkan beberapa dari 15 ribu situs yang dikecam dalam laporan “Digital Terrorism and Hate” tahun ini. Ia mengatakan forum-forum internet memberi informasi yang sangat kaya bagi para calon teroris. Seperti, "bahan peledak berbeda, petunjuk dan pelajaran mengaktifkan pemicu, alat pemicu dalam telefon seluler, roket…,” ungkap Eaton.

Rick Eaton mengatakan ada pula beberapa pelajaran tentang penculikan dan mengatur gerilyawan.

“Dan pada banyak kesempatan, ini dibumbui dengan filosofi politik – tidak saja soal bagaimana melakukannya, tetapi juga dimana melakukannya dan sasaran apa yang harus diserang,” kata Eaton.

Survei tahunan ke-14 tentang situs-situs internet yang menyebarkan kebencian ini, pertama kali tersedia bagi badan-badan penegak hukum lewat pendaftaran online yang menyediakan daftar terkini.

Kelompok-kelompok teroris seperti Al-Qaida juga memanfaatkan internet untuk menyebarkan propaganda mereka (foto: dok).
Kelompok-kelompok teroris seperti Al-Qaida juga memanfaatkan internet untuk menyebarkan propaganda mereka (foto: dok).
Rick Eaton mencatat bahwa al-Qaida merupakan salah satu diantara kelompok yang pertama kali mengadopsi teknologi digital dan jaringan kelompok teror itu di dunia maya terus berkembang. Mohammed Merah, yang mengklaim punya hubungan dengan Al-Qaida, diduga membunuh seorang rabbi Perancis, tiga anak Yahudi dan tiga anggota pasukan payung Perancis bulan lalu.

Segera setelah ia tewas dalam baku tembak dengan polisi, situs-situs yang terkait al-Qaida memuji Mohammed Merah. Presiden Perancis saat itu, Nicolas Sarkozy, telah berjanji untuk mengusut orang yang kerap mengunjungi situs-situs teroris di internet.

Rabbi Abraham Cooper – pembantu dekan di Simon Wiesenthal Center mengatakan – situs-situs penyebar kebencian semakin menarget kelompok-kelompok keagamaan minoritas.

“Kita seharusnya hidup di dunia dimana – pada hari Jum’at, Sabtu atau Minggu – orang-orang bisa meninggalkan rumah, pergi ke rumah ibadah dan kembali dengan aman. Juga apakah ini merupakan kejahatan berdasarkan kebencian terhadap Amerika, atau menargetkan warga Kristen di Nigeria, warga Kristen-Koptik di Mesir, apa yang terjadi di Irak, hingga ke Afghanistan dan Pakistan, yang mengakibatkan jumlah korban bisa mencapai jutaan orang,” kata Cooper.

Abraham Cooper mengatakan situs-situs lain mempromosikan kekerasan antara warga muslim Syiah dan Sunni.

Ia mengatakan para pengambil kebijakan perlu menemukan solusi. Memberlakukan aturan-aturan baru tidak akan menyelesaikan persoalaan. Abraham Cooper mengatakan ini perlu melibatkan komunitas – terutama kaum muda – yang mahir menggunakan internet. Menurutnya kaum muda dan orang tua mereka perlu waspada terhadap situs-situs yang melampaui batas dalam diskusi bebas dan menarget beberapa kelompok lewat aksi diskriminasi dan kekerasan.

Abraham Cooper mengatakan perusahaan-perusahaan internet juga harus berbuat lebih banyak. Ia mengatakan para eksekutif Facebook telah bertemu di Wiesenthal Centre dan menanggapi beberapa keprihatinan itu. Ia memberi nilai lebih rendah pada YouTube yang menyediakan video-video – yang menurut Cooper – mempromosikan kekerasan. Ia menunjukkan satu video yang menampilkan anak-anak di Pakistan sedang bermain menjadi pembom bunuh diri.

Facebook dan YouTube memiliki kebijakan menentang ucapan-ucapan yang memicu kebencian dan aksi kekerasan dan keduanya mengatakan mereka berkomitmen terhadap kebebasan berpendapat.

Abraham Cooper mengatakan Twitter memiliki masalah berbeda. Twitter telah digunakan untuk berkomunikasi oleh anggota-anggota al-Shabab – kelompok di Somalia yang oleh pemerintah Amerika dan negara-negara lain telah diidentifikasi sebagai organisasi teroris.

Abraham Cooper mengatakan jangkauan internet telah menyebarkan kefanatikkan ini. Pejabat Simon Wiesenthal Center mengatakan situs-situs yang mendorong tindak kekerasan individual oleh mereka yang tidak terkait organisasi-organisasi teroris jauh lebih mengkhawatirkan karena mereka lebih sulit dimonitor oleh para penegak hukum. Abraham Cooper menambahkan lebih banyak situs di dunia maya yang mendorong perilaku kekerasan seperti ini.
XS
SM
MD
LG