Para wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pasti membeli gudeg dan bakpia sebagai oleh-oleh. Namun kini ada oleh-oleh lain yaitu, minuman Wedang Uwuh, berupa kulit pohon secang, kayumanis, jahe dan sebagainya. Wedang Uwuh kini terdaftar sebagai warisan budaya takbenda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejarah Wedang Uwuh
Kota Yogyakarta di dalam sejarah dikenal sebagai pusat kerajaan Mataram. Asal mula wedang uwuh berasal dari kisah Sultan Agung, salah seorang Raja Mataram yang bersemedi untuk mendapat penerangan dalam memilih lokasi yang akan digunakan untuk makam raja-raja Mataram. Daerah Bukit Merak Imogiri, kini menjadi makam raja-raja Mataram yang terletak di Bantul, 16 kilometer sebelah selatan Kraton Yogyakarta.
Ceritanya, pada malam ia bersemedi, sang raja meminta kepada seorang pengawalnya untuk membuatkan minuman guna menghangatkan tubuh. Pengawal itu kemudian membuatkan wedang dari kulit pohon secang.
Sejak itulah minuman penghangat tubuh itu berkembang, terutama di daerah Imogiri, tempat asal mulanya minuman itu dibuat. Edy Santoso, seorang warga yang juga pemilik usaha wedang uwuh, mengatakan,
“Uwuh itu berarti sampah, kenapa namanya wedang uwuh? Karena bahan-bahan yang digunakan berupa dedaunan mirip sampah. Racikan wedang uwuh terdiri dari daun cengkeh, kayu manis, daun pala, jahe, yang kita pakai jahe emprit, juga kayu secang. Citra rasa minuman ini pedas dari jahe dan rasa segar dari daun-daunan yang diseduh dengn air panas," kata Edy Santoso kepada VOA.
Dari Pelestarian Budaya Hingga Rekor di MURI
Dwi Karti Handayani (51 tahun) yang akrab dipanggil Hani, lahir dan dibesarkan di Imogiri. Ia terbiasa menyaksikan nenek dan ibunya dalam menjaga stamina, dengan meracik dedaunan yang terdapat di sekitar mereka. Bagi Hani, berbagai ramuan dari alam itu adalah kearifan yang harus dilestarikan.
“Penduduk sekitar membuat ramuan itu, kemudian dikemas dalam bentuk yang lebih menarik, disuguhkan kepada industri wisata sehingga masuklah produk wedang uwuh sampai ke pusat oleh-oleh”.
Hingga kini terdapat puluhan industri wedang uwuh di Imogiri, apalagi setelah wedang uwuh dinyatakan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Usaha wedang uwuh Hani yang mempunyai 18 pegawai itu, kini tidak hanya melayani konsumen nasional yang biasanya bisa membeli di pusat oleh-oleh, bandara ataupun di hotel-hotel, tetapi ia juga mulai mengekspor wedang uwuhnya di antaranya ke Kanada, Jeddah, Malaysia, Vietnam dan Nigeria, meskipun ia mengaku hanya dalam jumlah kecil.
“Pernah saya membuat yang ready to drink atau siap diminum ketika kami mengadakan acara “Minum bersama wedang uwuh” pada tahun 2018. Waktu itu terkumpul 9.178 sehingga kami mendapat rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk minum bersama wedang uwuh itu," tambah Hani.
Minuman Jokowi
Wedang uwuh juga disajikan di berbagai cafe dan angkringan, terutama di Jawa Tengah, seperti Angkringan Omah Semar di Solo, kota kelahiran Presiden Jokowi. Bahkan di dalam menunya tercantum Wedang Jokowi. Mengapa dinamakan demikian?
“Itu memang wedang yang biasa Pak Jokowi minum tiap hari. Isinya temulawak, jahe, serai, kunyit dan kayu manis. Lima bahan yang memang selalu diminum oleh pak Jokowi, dan saya mendapatkan ini dari pemasok yang memang memasok hampir seminggu sekali dikirim ke (Wisma Negara) Jakarta," kata Iwan Setiawan, pengelola angkringan tersebut.
Tanaman obat hasil alam Indonesia kini telah dimanfaatkan dengan baik oleh penduduknya yang sekaligus melestarikan warisan budaya daerah, di samping memberi khasiat kesehatan dan memperoleh penghasilan. [ps/em]