Tautan-tautan Akses

WFP, WHO, UNICEF Khawatir dengan Kondisi Gaza yang Berada “di Tepi Jurang”


Beberapa warga Palestina memeriksa kehancuran setelah serangan udara Israel di sebuah bangunan permukiman di kota Deir al Balah, Jalur Gaza, 14 Januari 2024.
Beberapa warga Palestina memeriksa kehancuran setelah serangan udara Israel di sebuah bangunan permukiman di kota Deir al Balah, Jalur Gaza, 14 Januari 2024.

Hampir semua badan dunia di PBB menyampaikan kekhawatiran mereka dengan terus memburuknya kondisi Jalur Gaza, yang disebut kini berada “di tepi jurang.” Layanan kesehatan ambruk, sementara kelaparan akut membayangi warga yang harus berjuang untuk tetap hidup di tengah perang Israel-Hamas. 

“Rumah saya dibom, saya lari ke tempat ini tanpa membawa apapun, termasuk uang. Padahal kami perlu makanan, roti, dan selimut. Sekarang ini musim dingin dan saya tidak punya apapun, bahkan pakaian ganti sekali pun," ungkap seorang warga Gaza, Youssef.

“Alhamdulillah beberapa hari terakhir ini ada makanan yang didistribusikan pada kami sehingga kami tidak harus bersusah payah mencari tepung untuk membuat roti,” tambahnya.

Inilah situasi di Jalur Gaza saat ini. Warga kelaparan, dan musim dingin semakin memperburuk keadaan.

Direktur Badan Kesehatan Dunia WHO Untuk Kawasan Mediterania Timur, Ahmed Al-Mandhari, hari Senin (15/1) mengatakan sistem layanan kesehatan di Gaza kini berada “di tepi jurang.”

“Sistem layanan kesehatan di Gaza kini berada di tepi jurang, berupaya keras dengan apa yang mereka miliki untuk dapat mempertahankan fungsi mereka di tengah tantangan dan ancaman serangan yang sangat luar biasa. Dengan hanya 15 dari 36 rumah sakit yang berfungsi sebagian, banyak korban luka-luka akibat perang berkelanjutan Israel-Hamas yang terpaksa dirawat di lantai-lantai rumah sakit yang sangat padat. Banyak yang seharusnya dapat diselamatkan, kini sekarat karena kurangnya dokter spesialis, BBM, listrik, obat-obatan, makanan dan air bersih.”

Lebih jauh Ahmed memperingatkan pembatasan dan penangguhan pengiriman bahan bakar, obat-obatan dan bantuan lain ke Jalur Gaza, berisiko menimbulkan lebih banyak kematian dan penyakit di wilayah yang dilanda perang itu.

Para pengungsi kini menghadapi "kemerosotan layanan sanitasi yang sangat buruk" dan "hidup tanpa makanan atau air karena suhu di sekitar mereka mencapai titik beku," tambahnya.

WFP Peringatkan Risiko Kelaparan Akut di Gaza

Secara terpisah Program Pangan Dunia WFP, dan Program Bantuan Pendidikan dan Anak-Anak UNICEF memperingatkan risiko kelaparan akut yang mengancam warga Palestina di Jalur Gaza. Direktur WFP Untuk Palestina, Samer Abdeljaber, mengatakan sejauh ini telah menjangkau sekitar 1,4 juta orang, tetapi semua orang kini kelaparan, dan banyak yang tidak makan selama berhari-hari.

“Ada orang-orang yang kelaparan akut di banyak daerah dan kami bahkan tidak bisa memberikan makanan pokok pada mereka. Apa yang dibutuhkan warga melesat lebih cepat dibanding kemampuan kami menanggapinya. Kami perlu membawa lebih banyak pasokan dan membutuhkan akses yang aman untuk menjangkau semua orang di Gaza, bukan hanya daerah yang letaknya berdekatan dengan perbatasan. Kami perlu gencatan senjata jangka panjang untuk menghentikan penderitaan ini,” ujarnya.

Warga Palestina, termasuk anak-anak, antre untuk mendapatkan makanan gratis selama serangan udara dan darat Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di kota Rafah.
Warga Palestina, termasuk anak-anak, antre untuk mendapatkan makanan gratis selama serangan udara dan darat Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di kota Rafah.

Badan-badan Dunia Serukan Rute Baru bagi Bantuan Kemanusiaan

WFP bersama WHO dan UNICEF kembali menyuarakan keprihatinan atas bantuan yang masuk ke Gaza. Mereka menilai perlu dibuka rute masuk yang baru, lebih banyak truk yang diizinkan masuk setiap hari dan lebih luas izin yang diberikan kepada para pekerja bantuan untuk bergerak.

Mereka juga menyerukan agar warga yang mencari bantuan diperkenankan bergerak denga naman.

Meskipun para kepala badan dunia di PBB itu tidak secara langsung menuding Israel, mereka mengatakan pengiriman bantuan terhambat oleh terlalu sedikitnya pintu perbatasan yang dibuka, lambatnya proses pemeriksaan truk dan barang yang diizinkan masuk ke Gaza, dan terus berlanjutnya pertempuran di seluruh wilayah di mana Israel memainkan peran besar.

Israel Minta PBB Tambah Jumlah Pekerja Bantuan

Israel menyalahkan PBB dan kelompok-kelompok lain atas masalah pengiriman bantuan.

Moshe Tetro, seorang pejabat Israel di COGAT, sebuah badan pertahanan yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina, pekan lalu mengatakan pengiriman bantuan akan lebih efisien jika PBB menambah jumlah pekerja yang dapat menerima dan mengemas pasokan. Ia mengatakan lebih banyak truk diperlukan untuk memindahkan bantuan ke Israel supaya dapat diperiksa, dan jam kerja di perlintasan Rafah – antara Gaza dan Mesir – perlu diperpanjang.

Masuki Hari ke 101, Lebih 24.100 Orang Tewas di Gaza

Perang Israel terhadap kelompok militan Hamas di Gaza ini dipicu oleh serangan Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan 1.200 orang. Israel melancarkan serangan balasan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Jalur Gaza, wilayah kantung yang diperintah oleh Hamas, dan memicu bencana kemanusiaan. Hampir seluruh warga Palestina yang berjumlah 2,3 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, pada hari Senin mengatakan jumlah korban tewas di Gaza mencapai sedikitnya 24.100 orang. Sementara 60.834 lainnya luka-luka.

Afrika Selatan telah menyampaikan gugatan hukum ke Mahkamah Internasional, menuding Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina. Tudingan yang disangkal Israel. Meskipun pengadilan seperti ini biasanya memakan waktu bertahun-tahun, Mahkamah Internasional diperkirakan akan menyampaikan jawaban atas permintaan Afrika Selatan agar Israel segera menyudahi ofensifnya, dalam beberapa minggu ini. Belum jelas apakah Israel akan mematuhi perintah pengadilan apapun. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG