Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada hari Kamis (29/1) akan memutuskan apakah akan menetapkan status wabah virus Corona yang telah menewaskan 170 orang sebagai darurat kesehatan global.
WHO pekan lalu menyatakan wabah tersebut belum mencapai ambang untuk itu. Tetapi hal itu dinyatakan sebelum jumlah yang dikukuhkan terjangkit virus Corona melonjak menjadi 7.711 orang, termasuk lebih dari 1.700 orang lagi yang dikukuhkan pada hari Rabu.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, jumlah kasus yang terus meningkat, dan adanya bukti penularan dari orang ke orang di luar China sangat mengkhawatirkan. Dalam pernyataannya kepada wartawan di markas besar WHO di Jenewa hari Rabu (29/1), sehari setelah mengunjungi Beijing, ia mengatakan, “Meskipun jumlah orang yang terjangkit di luar China relatif kecil, mereka membawa potensi munculnya wabah yang lebih besar.”
Beberapa negara telah mengevakuasi warga mereka dari Wuhan, kota di China yang menjadi pusat wabah. Maskapai-maskapai internasional telah menghentikan penerbangan langsung ke China.
Tedros mengatakan 99 persen dari mereka yang dikukuhkan terjangkit virus Corona itu berada di China. Lima belas negara lainnya telah mengukuhkan 68 kasus. Semua, kecuali satu dari 170 kematian akibat virus Corona terjadi di Wuhan dan di provinsi Hubei.
"Jumlah kasus baru mereka yang terjangkit virus Corona kini telah melampaui jumlah kasus pada wabah SARS tahun 2002-2003 yang menewaskan 800 orang di berbagai penjuru dunia. Tedros memuji Beijing atas tanggapannya terhadap virus baru ini. penyebaran wabah di pusat wabah sangat penting untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut,” ujarnya.
“China mengidentifikasi patogen dalam waktu singkat dan segera membagikan infonya, yang menyebabkan pengembangan perangkat diagnostiknya dengan pesat,” lanjutnya.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mendapat penjelasan mengenai wabah tersebut oleh mereka yang ia sebut sebagai “orang-orang hebat” yang bekerja sama dengan China.
“Kami akan terus memantau perkembangan yang sedang terjadi. Kami memiliki pakar terbaik di dunia dan siaga terus menerus,” cuitnya Rabu malam.
Gedung Putih menyatakan sedang mempertimbangkan pembatasan lebih jauh terhadap pesawat-pesawat yang terbang ke China, selain pembatasan yang diterapkan sendiri oleh sejumlah maskapai. Sekarang ini belum diputuskan apakah akan memberlakukan larangan perjalanan. [uh/lt]