Tautan-tautan Akses

WHO: Booster COVID Diperlukan, Kebalikan dari Langkah Sebelumnya


Vaksinasi COVID-19 dengan vaksin Pfizer di rumah sakit anak Lurie, Chicago, 5 November 2021. (AP/Nam Y. Huh, File)/ilustrasi
Vaksinasi COVID-19 dengan vaksin Pfizer di rumah sakit anak Lurie, Chicago, 5 November 2021. (AP/Nam Y. Huh, File)/ilustrasi

Sebuah kelompok ahli yang diadakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada Selasa (8/3) mengatakan pihaknya "sangat mendukung akses yang mendesak dan luas" terhadap booster vaksin COVID-19. Pernyataan itu bertolak belakang dengan desakan badan PBB itu sebelumnya bahwa booster tidak diperlukan dan berkontribusi pada ketidakadilan vaksin.

Dalam sebuah pernyataan, WHO menyatakan kelompok ahlinya menyimpulkan imunisasi dengan vaksin COVID-19 resmi memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit yang parah dan kematian di tengah infeksi global varian omicron yang sangat menular.

Vaksinasi, termasuk penggunaan booster, dinilai sangat penting bagi orang-orang yang berisiko terkena penyakit parah.

Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Brussels, 18 Februari 2022. (Johanna Geron, Pool via AP)
Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Brussels, 18 Februari 2022. (Johanna Geron, Pool via AP)

Tahun lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan moratorium booster vaksin ketika puluhan negara memulai pemberian dosis penguat, dengan mengatakan negara-negara kaya harus segera menyumbangkan vaksin itu ke negara-negara miskin. Para ilmuwan WHO mengatakan pada waktu itu berencana terus mengevaluasi data yang masuk.

Sejumlah penelitian ilmiah membuktikan booster vaksin yang disetujui membantu pemulihan kekebalan tubuh yang berkurang dan perlindungan terhadap COVID-19 yang serius. Program booster di negara-negara kaya termasuk Inggris, Kanada, dan AS mendapat pujian karena mencegah lonjakan infeksi omicron sehingga mengurangi rawat inap dan kematian.

WHO mengatakan terus memantau penyebaran global omicron, termasuk versi "siluman" yang dikenal sebagai BA.2, dan telah didokumentasikan menginfeksi kembali beberapa orang yang pernah terinfeksi varian omicron.

WHO mencatat bahwa semua vaksin COVID-19 resmi saat ini didasarkan pada varian yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China lebih dari tiga tahun lalu. [mg/lt]

XS
SM
MD
LG