Juru bicara penanganan kasus virus Corona, dr. Achmad Yurianto, mengatakan bertambahnya wilayah yang memberlakukan penerapan PSBB, akan menekan penyebaran wabah virus corona.
Saat ini Sumatera Barat, Bandung Raya, Kota Bandung dan sekitarnya, Kota Pekanbaru, Kota Makassar dan Kota Tegal ikut memberlakukan PSBB.
“Sudah jelas terjadi penularan lokal dari orang ke orang lain, kemudian daerah itu perlu melakukan PSBB, maka sudah beberapa daerah yang diputuskan untuk bisa memberlakukan PSBB,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (18/4).
Yuri optimistis perebakan Covid-19 bisa berkurang dengan signifikan selama masyarakat patuh dan mendukung kebijakan ini.
“Kita akan bisa melihat bagaimana sebaran ini bisa dikurangi. Bagaimana sebaran ini dikendalikan dalam seminggu atau dua minggu yang akan datang. Inilah yang menjadi ukuran yang akan kita lakukan,” jelasnya.
Kebijakan PSBB ini juga akan diikuti dengan pengujian secara masif dan pelacakan kasus positif secara lebih agresif.
“Ini menjadi penting, dan di sini lah letak kerja sama itu dibutuhkan, sehingga kita tahu dengan pasti siapa yang memiliki kontak dekat atau siapa yang memiliki resiko untuk tertular penyakit ini," ujarnya.
Langkah-langkah itu, Yuri menambahkan, tentunya akan diikuti dengan tindakan lainnya yang bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat, yaitu melakukan isolasi ketat dengan baik.
Dalam kesempatan ini, ia kembali melaporkan adanya penambahan kasus Covid-19. Pada Sabtu (18/4), ada 325 kasus baru, sehingga total kasus kini mencapai 6.248.
Perlahan namun pasti, pasien yang pulih juga terus bertambah. Sebanyak 24 pasien sudah diperbolehkan pulang. Hingga Sabtu (18/4), total pasien yang sudah sembuh mencapai 631 orang.
Namun korban meninggal juga masih bertambah. Sebanyak 15 pasien meninggal dunia pada Sabtu (18/4), sehingga total kematian menjadi 535 orang.
Jumlah orang dalam pengawasan (ODP) bertambah menjadi 176.344. Sementara jumlah pasien dengan pengawasan (PDP) sebanyak 12.979.
“Kita berharap bahwa PDP ini betul-betul dalam pengawasan ketat untuk kemudian kita perhatikan gejala klinisnya dan kemudian kita lakukan pemeriksaan anti gen PCR,” tuturnya. [gi/em]