Migrasi Besar tahunan satwa liar di seantero Tanzania dan Kenya biasanya menarik ribuan wisatawan untuk bersafari, membawa pemasukan bagi sektor perdagangan yang bergantung padanya, seperti para pembuat cendera mata. Akan tetapi, kini para pengrajin terkena dampak anjloknya angka wisatawan akibat pandemi Covid-19. Di kota Narok, Kenya, pendapatan para pengrajin manik-manik perempuan anjlok hingga hanya sepersekian dari penghasilan mereka tahun lalu.
Cagar Alam Maasai Mara di Kenya biasanya dipenuhi wisatawan yang jumlahnya hampir sama banyaknya dengan jumlah kawanan wildebeest – hewan semacam kerbau – yang akan melakukan Migrasi Besar tahunan bersama satwa liar lainnya dari Tanzania.
Akan tetapi, pariwisata itu sulit bangkit kembali setelah pada Juli dan Agustus, pemerintah mengangkat aturan pembatasan perjalanan lokal dan internasional akibat Covid-19 yang mulai diberlakukan sejak Maret.
Sekretaris Kabinet Kenya bidang Pariwisata dan Margasatwa, Najib Balala, menuturkan: “Dalam enam bulan terakhir, kami sudah kehilangan hampir 800 juta dolar pendapatan bagi pemerintah. Kami tentu berharap bisa memperoleh 2 miliar dolar pendapatan bagi pemerintah dari sektor pariwisata. Tapi, akibat pandemi, kami menderita banyak kerugian.”
Dengan sedikitnya jumlah turis yang datang, banyak pedagang suvenir yang tutup sehingga para pengrajin pun kesulitan mendapatkan penghasilan.
Noltapari Kisemei memimpin kelompok pengrajin perempuan yang beranggotakan 3.000 orang.
Pendapatan mereka anjlok hingga sepersekian dari penghasilan rata-rata per bulan sebesar 100 dolar, di mana mereka dan keluarga mereka menggantungkan diri.
Noltapari mengatakan, “Sebagai pemimpin para perempuan di sini, hampir semuanya mengharapkan jawaban dari saya terkait bagaimana caranya bertahan di tengah pandemi. Saya benar-benar tidak berdaya dan bingung harus mengatakan apa kepada mereka dan bagaimana kita bisa melewati masalah ini.”
Untuk membantu para pengrajin bertahan, sejumlah lembaga bantuan lokal telah mendonasikan makanan. Salah satunya dilakukan Amos Kipeen dari Pusat Pemberdayaan Komunitas Mara Discovery. “Ketika mereka juga tidak memiliki keahlian lain dalam hidup, karena tidak bersekolah, kemampuan mereka sangatlah terbatas. Maka, jika satu pintu tertutup, mereka tidak punya jalan lain untuk mendapat kesempatan kerja,” ujarnya.
Pemerintah Kota Narok juga mengatakan bahwa mereka menyediakan bantuan makanan bagi sekitar 800 keluarga di kawasan tersebut.
Gubernur Narok, Samuel Tunai, menuturkan, “Kami bahkan harus menyalurkan bantuan makanan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan suaka margasatwa, karena mereka amat sangat terdampak oleh tutupnya usaha di sana.”
Sementara wisata safari Kenya perlahan bangkit, warga setempat mencoba tetap bertahan dan berharap gerombolan wisatawan bisa segera kembali berkunjung dan menyamai jumlah satwa liar di sana. [rd/em]