Berderma melalui badan-badan amal adalah bagian dari kehidupan di Amerika. Warga biasa di Amerika menyumbang 73 persen uang yang diterima oleh badan-badan amal Amerika pada tahun 2010, yang jumlahnya lebih dari 200 miliar dolar. Tatiana Vorozhko dari VOA meliput kegiatan amal di Alexandria, Virginia.
Hari masih pagi tapi deretan mobil telah antri di Kantor Salvation Army di Alexandria, Virginia. Maria dan Ingrid menyumbangkan beberapa barang yang tidak lagi mereka gunakan.
"Saya merasa tidak enak memberikan barang bekas, tapi kami punya banyak pakaian yang tidak pernah dipakai dan saya tidak ingin membuangnya. Pakaian ini masih bagus dan saya kira ada orang lain yang bisa memanfaatkannya,” demikian ungkap Maria.
Sementara itu, donor lain, Ingrid, mengatakan,"Kami bisa dikatakan egois karena memberikan barang-barang yang tidak kami butuhkan lagi, tetapi kami juga menyadari bahwa ada orang lain yang masih bisa menggunakannya. Daripada membuangnya di tempat sampah, akan lebih baik jika barang-barang ini dimanfaatkan oleh mereka yang membutuhkan.”
Eugenius Downey adalah penyelia di pusat penampungan barang-barang itu. Dengan gembira dia menunjukkan barang-barang sumbangan dan fasilitas penyortiran.
Alasan lain banyak orang menyumbangkan barang-barang ke pusat penampungan itu karena mereka mendapat insentif pengurangan pajak.
Tetapi menurut seorang pejabat Salvation Army (Bala Tentara Keselamatan) insentif pengurangan pajak itu bukanlah alasan utama. "Saya kira sebagian besar warga Amerika berderma karena mereka ingin mengulurkan tangan dan membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan," kata George Hood.
Menurut Hood, tradisi kedermawanan memiliki akar yang dalam pada budaya Amerika. Ia mengatakan badan-badan amal dan proyek-proyek komunitas memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk membangun ikatan pribadi.
Ingrid, misalnya, mengatakan anggota keluarganya menjadi relawan di gereja dan bahkan ada yang menjadi relawan di luar negeri. Menurutnya amal dan proyek-proyek komunitas memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk peduli kepada orang lain.
Hood mengatakan warga Amerika senang membantu korban bencana dan bahkan akan lebih cepat memberikan bantuan jika di antara penerima bantuan itu adalah anak-anak.
" ... terutama selama musim Natal, mereka senang menyumbangkan pakaian dan mainan kepada anak-anak yang memerlukan,” kata Hood.
Menurut Hood, resesi baru-baru ini berpengaruh pada amal tapi hanya sebatas tertentu.
"Ini adalah misteri. Sumbangan normal menurun sekitar enam persen setiap tahun dalam tiga tahun terakhir. Tetapi selama Musim Natal ketika sumbangan naik 25 persen,” katanya.
Selain menyumbangkan uang dan barang, warga Amerika juga menyumbangkan waktu sebagai relawan. Tahun lalu, lebih dari 64 juta orang, atau hampir 27 persen penduduk Amerika, bekerja sebagai relawan.
Hari masih pagi tapi deretan mobil telah antri di Kantor Salvation Army di Alexandria, Virginia. Maria dan Ingrid menyumbangkan beberapa barang yang tidak lagi mereka gunakan.
"Saya merasa tidak enak memberikan barang bekas, tapi kami punya banyak pakaian yang tidak pernah dipakai dan saya tidak ingin membuangnya. Pakaian ini masih bagus dan saya kira ada orang lain yang bisa memanfaatkannya,” demikian ungkap Maria.
Sementara itu, donor lain, Ingrid, mengatakan,"Kami bisa dikatakan egois karena memberikan barang-barang yang tidak kami butuhkan lagi, tetapi kami juga menyadari bahwa ada orang lain yang masih bisa menggunakannya. Daripada membuangnya di tempat sampah, akan lebih baik jika barang-barang ini dimanfaatkan oleh mereka yang membutuhkan.”
Eugenius Downey adalah penyelia di pusat penampungan barang-barang itu. Dengan gembira dia menunjukkan barang-barang sumbangan dan fasilitas penyortiran.
Alasan lain banyak orang menyumbangkan barang-barang ke pusat penampungan itu karena mereka mendapat insentif pengurangan pajak.
Tetapi menurut seorang pejabat Salvation Army (Bala Tentara Keselamatan) insentif pengurangan pajak itu bukanlah alasan utama. "Saya kira sebagian besar warga Amerika berderma karena mereka ingin mengulurkan tangan dan membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan," kata George Hood.
Menurut Hood, tradisi kedermawanan memiliki akar yang dalam pada budaya Amerika. Ia mengatakan badan-badan amal dan proyek-proyek komunitas memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk membangun ikatan pribadi.
Ingrid, misalnya, mengatakan anggota keluarganya menjadi relawan di gereja dan bahkan ada yang menjadi relawan di luar negeri. Menurutnya amal dan proyek-proyek komunitas memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk peduli kepada orang lain.
Hood mengatakan warga Amerika senang membantu korban bencana dan bahkan akan lebih cepat memberikan bantuan jika di antara penerima bantuan itu adalah anak-anak.
" ... terutama selama musim Natal, mereka senang menyumbangkan pakaian dan mainan kepada anak-anak yang memerlukan,” kata Hood.
Menurut Hood, resesi baru-baru ini berpengaruh pada amal tapi hanya sebatas tertentu.
"Ini adalah misteri. Sumbangan normal menurun sekitar enam persen setiap tahun dalam tiga tahun terakhir. Tetapi selama Musim Natal ketika sumbangan naik 25 persen,” katanya.
Selain menyumbangkan uang dan barang, warga Amerika juga menyumbangkan waktu sebagai relawan. Tahun lalu, lebih dari 64 juta orang, atau hampir 27 persen penduduk Amerika, bekerja sebagai relawan.