Tautan-tautan Akses

Zelenskyy Upayakan Akhiri Perang Secara Diplomatik, Usulkan Peran Pasukan Asing 


Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara dalam pertemuan dengan Friedrich Merz, ketua Partai Demokrasi Kristen Jerman, di Kyiv, Ukraina, pada 9 Desember 2024. (Foto: AP/Efrem Lukatsky)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara dalam pertemuan dengan Friedrich Merz, ketua Partai Demokrasi Kristen Jerman, di Kyiv, Ukraina, pada 9 Desember 2024. (Foto: AP/Efrem Lukatsky)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Senin (9/12) mengusulkan penyelesaian diplomatik atas perang Rusia di Ukraina, dan mengemukakan gagasan tentang pengerahan pasukan asing di negaranya sampai Ukraina dapat bergabung dengan aliansi militer NATO.

Pernyataan itu, yang disampaikan pada konferensi pers bersama dengan pemimpin oposisi Jerman Friedrich Merz, adalah yang terbaru, yang mengisyaratkan semakin terbukanya Kyiv terhadap negosiasi perang, sementara Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump bersiap kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari.

Trump, yang mengatakan bahwa dia ingin mengakhiri perang dengan cepat, pada Minggu (8/12) menyerukan gencatan senjata segera dan negosiasi untuk mengakhiri “kegilaan” tersebut, setelah dia bertemu Zelenskyy dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk pembicaraan di Paris.

“Lebih dari siapa pun, Ukraina menginginkan perang ini berakhir. Tidak diragukan lagi, resolusi diplomatik akan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Kami memang menginginkannya,” kata Zelenskyy kepada wartawan di Kyiv pada Senin.

Juru bicara Zelenskyy, Serhiy Nikiforov, kemudian mengatakan bahwa Ukraina sedang mempersiapkan pertemuan pada Desember ini dengan mitra-mitra utama Eropa yang bersama-sama dengan AS “mampu memastikan penguatan maksimum negara kami.”

Tujuannya adalah membangun sikap bersama yang akan tetap kuat baik dalam negosiasi maupun di medan perang, tambahnya.

Zelenskyy mengatakan bahwa dia telah membahas “pembekuan” garis pertahanan dalam perang tersebut ketika dia bertemu dengan Macron dan Trump. Rusia menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina setelah melancarkan invasi pada 2022 yang memicu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Zelenskyy mengatakan bahwa dia memberi tahu kedua pemimpin tersebut bahwa dia tidak percaya Putin benar-benar ingin mengakhiri perang dan bahwa presiden Rusia itu harus dipaksa untuk mewujudkan perdamaian.

“Kita hanya dapat menggunakan kekuatan jika Ukraina kuat. Ukraina yang kuat dalam diplomasi apa pun adalah Ukraina yang kuat di medan perang,” katanya. Pernyataannya itu menyiratkan bahwa Kyiv membutuhkan bantuan untuk menjadi lebih kuat.

Zelenskyy mendapat dorongan retorika dari Merz, calon yang unggul dalam pemilihan umum untuk menjadi kanselir Jerman berikutnya, yang menggunakan kunjungannya ke Ukraina, dengan menyebut kebijakan Berlin saat ini, sama dengan membuat Ukraina bertempur dengan satu tangan terikat di belakang.

Pasukan asing

Zelenskyy juga kembali ke gagasan yang dilontarkan pada Februari oleh Macron, yang membuka kemungkinan negara-negara Eropa mengirim pasukan ke Ukraina. Tidak ada konsensus tentang masalah tersebut di antara para pemimpin Eropa.

“Kita dapat memikirkan dan mengupayakan sikap Emmanuel. Dia menyarankan agar negara-negara Eropa mengirim pasukan ke wilayah Ukraina. Kehadiran mereka akan menjamin keamanan kami sementara Ukraina belum menjadi anggota NATO,” kata Zelenskyy.

“Tetapi kita harus memiliki pemahaman yang jelas tentang kapan Ukraina akan menjadi anggota Uni Eropa dan kapan Ukraina akan menjadi anggota NATO,” tambahnya.

Ukraina, yang telah berusaha memperoleh undangan untuk bergabung dengan NATO, telah bersikeras selama perang bahwa mereka membutuhkan jaminan keamanan untuk mencegah Rusia melancarkan invasi lagi setelah perang saat ini dihentikan.

“Jika ada jeda, sementara Ukraina belum bergabung dengan NATO, dan bahkan jika kami diundang, tetapi belum bergabung dengan NATO, dan akan ada jeda, lalu siapa yang menjamin keamanan kami?” tanya Zelenskyy dalam konferensi pers.

Rusia telah menuntut agar Ukraina menepiskan ambisinya untuk bergabung dengan NATO. Bagi Rusia, keanggotaan Ukraina dalam aliansi tersebut adalah ancaman keamanan yang tidak dapat diterima.

Pemimpin Ukraina itu mengatakan kepada jurnalis bahwa dia berharap dapat menghubungi Presiden AS Joe Biden yang akan lengser pada Januari mendatang untuk membahas keanggotaan NATO.

“Dia adalah presiden saat ini dan banyak hal bergantung pada pendapatnya. Dan tidak ada gunanya membahas dengan Presiden Trump sesuatu yang bukan urusannya saat ini - sementara dia belum menjabat di Gedung Putih,” kata Zelenskyy. [ns/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG