Tautan-tautan Akses

Zimbabwe Nyatakan Keadaan Darurat Wabah Kolera


Otoritas Zimbabwe tidak melakukan pengumpulan sampah selama berminggu-minggu. Akibatnya, warga Harare membuang sampah sembarangan hingga menyebabkan organisme penyebab Kolera berkembang, kata para pakar kesehatan di Harare, Zimbabwe, 14 September 2018. (C. Mavhunga/VOA)
Otoritas Zimbabwe tidak melakukan pengumpulan sampah selama berminggu-minggu. Akibatnya, warga Harare membuang sampah sembarangan hingga menyebabkan organisme penyebab Kolera berkembang, kata para pakar kesehatan di Harare, Zimbabwe, 14 September 2018. (C. Mavhunga/VOA)

Zimbabwe telah menyatakan keadaan darurat di Harare menyusul tewasnya 20 orang dan lebih dari 2.000 kasus terkait penyakit yang ditularkan lewat air seperti salmonela, tipus, dan kolera.

Menteri Kesehatan baru Zimbabwe, Obadiah Moyo, Selasa (11/09) pekan lalu mengatakan kepada wartawan bahwa pasokan air yang minim, saluran pembuangan yang tersumbat, dan pengelolaan limbah yang buruk, menyebabkan wabah kolera di Ibu Kota, Harare, semakin parah.

"Jumlahnya semakin banyak setiap hari, dan hingga kini, terdapat lebih dari 2.000 kasus, dan total ada 20 kematian. Kami mencari solusi atas masalah ini. Kami telah meminta mitra-mitra dari PBB untuk memberi kami bantuan,” kata Moyo.

“Kami menyatakan keadaan darurat di Harare. Ini akan memungkinkan kami mengendalikan kolera, tipus dan apapun yang sedang terjadi, untuk mengatasi masalahnya secepat mungkin."

Moyo menyatakan keadaan darurat itu dalam sebuah kunjungan ke sebuah kamp pengobatan kolera sementara di Harare.

Dia mengatakan sejumlah sekolah di wilayah yang terkena dampaknya, telah ditutup sementara setelah dua siswa meninggal dunia.

"Kami telah memobilisasi sumber daya yang cukup signifikan dari PBB pada umumnya, dan dari UNICEF dan WHO pada khususnya. Kami juga berbicara dengan mitra-mitra kami di lapangan, DFID, dan lain-lain untuk memobilisasi lebih banyak sumber daya,” kata Mohamed Ag Ayoya, Perwakilan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) untuk PBB.

“Kami juga telah memberitahu kantor regional dan markas besar karena kami tahu ini adalah isu yang sangat serius, yang memerlukan investasi yang cukup besar untuk mengendalikan wabah ini. Kami bekerja keras untuk membantu pemerintah Zimbabwe," kata Ayoya.

Di Budiriro, salah satu wilayah yang paling terkena dampaknya, orang-orang mengatakan mereka belum mendapatkan air bersih. Limbah kotor mengalir di jalan-jalan.

Seorang warga berusia 66 tahun bernama Jay Kanduru mengungkapkan kemarahannya. Dia mengatakan para warga telah meminta pihak berwenang untuk memperbaiki pipa-pipa saluran pembuangan, tapi ditolak.

“Kami lelah,” kata Kanduru. “Mereka tidak datang untuk memperbaiki pipa-pipa saluran pembuangan -- mereka membiarkan limbah mengalir keluar. Kini kami harus pergi ke bar-bar untuk buang air,” katanya. Menurut Kanduru, kondisi ini telah berlangsung selama tiga bulan.

Wabah kolera pada 2008 di Zimbabwe berlangsung selama lebih dari setahun dan menewaskan sekitar 5.000 orang. Wabah itu baru berhenti setelah kelompok-kelompok internasional seperti badan-badan PBB dan USAID menyumbang obat-obatan dan bahan kimia pengolah air. [Columbus Mavhunga/vm]

XS
SM
MD
LG