Trump Jumpai Massa Pendukung untuk Galang Popularitas

  • Jim Malone

Your browser doesn’t support HTML5

Polling Anjlok, Presiden Trump Tarik Simpati Pendukung

Presiden AS Donald Trump menjumpai para pendukungnya di tengah memanasnya penyelidikan mengenai kemungkinan kolusi antara tim kampanye pilpresnya dan Rusia.

Presiden Donald Trump mengadakan reli massa bergaya kampanye di West Virginia pekan ini, negara bagian yang memilih Trump dan mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat dengan selisih besar dalam pemilu November lalu.

Trump didera rendahnya popularitas dan mogoknya agenda kongres, dan seringkali menjumpai para pendukungnya dalam upaya mendongkrak popularitasnya. Tapi ada petunjuk kalangan Republik tidak puas dengan presiden.

Di tengah para pendukung setianya, Presiden AS Donald Trump berupaya menepis anggapan bahwa dia memimpin pemerintahan yang bermasalah.

“Warga AS dari segala kalangan datang dan berkumpul dengan satu tujuan sederhana; menjadikan AS hebat kembali,” tegasnya.

Trump mengkritik penyelidikan terkait Rusia yang sedang berlangsung, menyebutnya upaya yang “direkayasa sepenuhnya.”

“Kita menang bukan karena Rusia. Kita menang karena kalian. Mereka berupaya mencoreng kepemimpinan yang kalian pilih dengan berita bohong yang merugikan kita semua dan yang paling penting, merugikan negara kita dan Konstitusi kita,” imbuh Trump.

Perkumpulan massa Trump tersebut diadakan di tengah beredarnya laporan bahwa Penyelidik Khusus Robert Mueller telah menunjuk sebuah grand jury untuk mendengarkan kesaksian dalam penyelidikan terkait Rusia itu.

Presiden masih menarik massa yang antusias tetapi popularitasnya merosot dalam berbagai jajak pendapat nasional. Trump hanya meraih popularitas 33 persen dalam survey Universitas Quinnipiac terbaru, tingkat yang terendah.

Trump juga kehilangan popularitas di kalangan partainya sendiri, kata Tim Malloy dari Universitas Quinnipiac melalui Skype.

“Dan tentu saja Republik berpihak kepadanya. Tapi angkanya sekarang sekitar 70-an, padahal sebelumnya 90-an. Jadi dia kehilangan dukungan Republik,” ujar Malloy.

Hal itu terlihat jelas lewat ketegangan hubungan antara presiden dan kongres yang didominasi Republik, terutama pasca kegagalan Senat merombak UU Layanan Kesehatan.

Pemimpin Republik di Senat Mitch McConnell menolak seruan Trump untuk menghapuskan taktik parlementer yang dikenal sebagai filibuster atau mengulur waktu.

“Seperti yang sudah pernah saya sampaikan kepada presiden dan kalian semua, tidak ada suara di Senat untuk mengubah peraturan Senat,” kata McConnell.

Trump menandatangani sebuah RUU mengenai sanksi-sanksi Rusia sehingga menjadi UU setelah rancangan itu mendapatkan dukungan bipartisan kuat dari DPR dan Senat. Tetapi dia juga meluncurkan cuitan Twitter yang menyalahkan Kongres atas hubungan yang buruk dengan Rusia, sehingga menuai reaksi keras dari Senator Republik Bob Corker.

Kini Presiden dan Kongres AS sedang libur. Para anggota Kongres sedang dalam masa reses, sedangkan Trump telah memulai libur 17 hari di resor golf miliknya di New Jersey. [vm/jm]