Pemberontakan Rompi Kuning Tanpa Akhir Perancis

  • Yoni Puspadi

Your browser doesn’t support HTML5

Sejak November, puluhan ribu warga Perancis yang marah telah turun ke jalan, pertama menentang kenaikan pajak bahan bakar dan sekarang mencakup berbagai tuntutan termasuk upah yang lebih baik, pajak yang lebih rendah, kesetaraan yang lebih besar dan partisipasi warga dalam pemerintahan.
CR
DATE: 02/11/2019
TITLE: France - Yellow Vests Future
BYLINE: Lisa Bryant
DATELINE: Paris
NUMBER: 26631153

HEAD: Pemberontakan Rompi Kuning Tanpa Akhir Perancis

INTRO
Sejak November, puluhan ribu warga Perancis yang marah telah turun ke jalan, pertama menentang kenaikan pajak bahan bakar dan sekarang mencakup berbagai tuntutan termasuk upah yang lebih baik, pajak yang lebih rendah, kesetaraan yang lebih besar dan partisipasi warga dalam pemerintahan. Lebih dari 50.000 warga turun ke jalan Sabtu (FEB 9). Bagaimana dan kapan protes ini akan berakhir masih menjadi pertanyaan. Wartawan VOA Lisa Bryant melaporkan dari Paris disampaikan Made Yoni.

TEXT
Hari Sabtu lalu demonstrasi rompi kuning kembali berlangsung. Minggu demi minggu, para pemrotes yang diberi nama sesuai rompi kuning yang mereka kenakan dan simpan di mobil, melawan dingin dan polisi anti huru hara di seluruh negeri. Demonstrasi tidak hanya terjadi pada akhir pekan. Hari Selasa lalu (5 Februari), demonstran rompi kuning bergabung dengan anggota serikat buruh dalam demonstrasi di Paris dan di tempat lain di Perancis.

((Sabrina Drljevic-Pierre, Demonstran Rompi Kuning))
"Tuntutan saya sama dengan semua demonstran rompi kuning yaitu pajak yang lebih rendah, mengembalikan pajak kekayaan, memiliki peradilan yang independen yang mengatasi masalah sosial dan lingkungan, sehingga rakyat bisa hidup dengan bermartabat."

((Jerome Partage, Demonstran Rompi Kuning)
"Saya kira warga hanya hanya ingin didengar oleh pemerintah, dan mereka menginginkan lebih banyak keadilan."

Demonstran rompi kuning lainnya menggambarkan gerakan mereka sebagai revolusi terkait keluhan-keluhan lama dan reformasi baru yang didorong oleh pemerintah Presiden Emmanuel Macron.

Yang pasti gerakan ini menggema di Eropa dan menyebar ke Belgia, Bulgaria, Inggris dan Yunani. Gerakan ini mendapat perhatian dari pemerintah populis Italia yang meningkatkan ketegangan antara Paris dan Roma.

Di Perancis, Presiden Macron mengatakan ia juga mendengarkan dan mengakui sebagian disebabkan kesalahannya karena tidak memadainya tanggapan pemerintah terhadap rasa frustrasi yang dialami para demonstran rompi kuning.

Satu jawaban jangka pendek adalah debat nasional selama tiga bulan untuk menyampaikan keprihatinan warga Perancis terkait masalah-masalah seperti pajak, layanan publik, perubahan iklim dan demokrasi. Popularitas Macron naik sedikit dari rekor terendah.

Namun tidak jelas ke mana arah pembicaraan ini. Mungkin referendum, meskipun langkah itu berisiko.

Selain itu juga sulit untuk mendamaikan banyak dan beragamnya tuntutan pendukung jaket kuning dengan reformasi Macron. Gerakan ini tidak memiliki pemimpin dan tidak selalu sepakat mengenai isu-isu tertentu. Beberapa anggota rompi kuning mencalonkan diri untuk pemilihan Parlemen Eropa pada Mei dalam beberapa daftar yang berbeda. Pendukung Rompi kuning lainnya menganggap mereka seharusnya tidak mencalonkan diri.

Jadi apa langkah berikutnya bagi demonstran rompi kuning? Sulit diketahui, namun mereka yakin akan turun ke jalan lagi, Sabtu depan.(my)