Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, Senin (17/2/), bahwa Kota Aleppo, pusat perekonomian di Provinsi Aleppo akan kembali pulih setelah pasukan Suriah merebut kekuasaan di kawasan itu dari para pejuang pemberontak.
Ketika berbicara lewat televisi pada Senin, Assad mengatakan tentaranya tidak akan berhenti sampai kemenangan total dicapai.
“Pembebasan kota ini tidak berarti berakhirnya perang ataupun berakhirnya aksi-aksi teroris, atau menyerahnya musuh-musuh kita. Yang kita lakukan adalah menyeret mereka di lumpur sebagai pendahuluan kemenangan total kita,” kata Assad.
Kata Assad lagi, perjuangan untuk membebaskan seluruh Aleppo dan Provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak akan berlanjut, kendati banyak “suara-suara kosong” dari Utara, yang dimaksudnya Turki, yang terus mendukung pasukan pemberontak.
Turki telah mengirim pasukan dan peralatan ke Idlib untuk menghentikan kemajuan pasukan Suriah, sementara sejumlah diplomat Turki sedang berada di Moskow untuk berbicara dengan Rusia, sekutu Assad yang terbesar.
Pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Suriah pada Senin menekankan “perlunya dikurangi ketegangan militer di lapangan untuk mencegah terus memburuknya kondisi kemanusiaan.”
Pasukan Suriah yang dibantu pesawat-pesawat tempur Russia telah menguasai hampir seluruh Aleppo dan merebut 30 desa pada Minggu (16/2).
Kepala badan kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengatakan pertempuran di Suriah barat laut, termasuk Idlib telah mencapai “tingkat yang sangat mengerikan,” di mana kira-kira 900 ribu penduduk terpaksa mengungsi sejak permulaan Desember.
“Bencana kemanusiaan paling besar dalam sejarah abad ke-21 hanya akan bisa dicegah apabila negara anggota Dewan Keamanan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh bisa mengatasi kepentingan masing-masing, dan secara kolektif berusaha membantu penderitaan penduduk,” kata Lowcock.
Pemerintah Amerika mengutuk serbuan Suriah atas Idlib, dan menyatakan dukungan pada Turki yang pasukannya diserang oleh tentara Suriah. [ii/pp]