NASA pekan lalu mengatakan tahun 2022 merupakan tahun terhangat kelima dalam sejarah. NASA mengatakan tahun 2022 lalu 1,1 derajat Celsius lebih hangat dibanding pertengahan abad ke-19.
Suhu hangat mendekati panas sepanjang tahun lalu bertahan lama. Meskipun tidak melonjak ke rekor tertinggi, NASA mengatakan tahun 2022 masih merupakan tahun terpanas kelima atau keenam dalam sejarah.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mendapati bahwa suhu rata-rata global pada tahun 2022 mencapai 14,76 derajat Celsius, atau peringkat keenam terpanas dalam sejarah. NOAA belum memasukkan data dari wilayah kutub karena ada masalah data, tetapi akan segera memasukkannya.
Jika Kutub Utara, yang memanas tiga hingga empat kali lebih cepat dibanding bagian dunia lainnya, dan Antartika (Kutub Selatan) ikut diperhitungkan, maka tahun 2022 merupakan yang terhangat kelima dalam sejarah.
NASA telah sejak lama memperhitungkan Kutub Utara dalam kalkulasi globalnya. NASA mengatakan tahun 2022 pada dasarnya berada di urutan kelima terhangat dalam sejarah, bersama dengan tahun 2015.
Empat lembaga ilmiah atau kelompok sains lainnya di seluruh dunia telah menempatkan tahun 2022 sebagai tahun terpanas kelima atau keenam.
Direktur Goddard Institute for Space Studies, NASA, Gavin Schmidt mengatakan “tahun 2022 adalah satu lagi yang masuk ke dalam sepuluh besar tahun terpanas.”
“Peringkat sebagai tahun terpanas kelima ini sama dengan tahun 2015. Sementara tahun-tahun terhangat lainnya adalah tahun 2016, 2020, 2019 dam 2017. Ini adalah sepuluh tahun teratas yang memperkuat tren jangka panjang yang kita lihat sejak tahun 1970an dan sejak akhir abad ke 19. Ini adalah tahun kedelapan berturut-turut yang suhunya lebih dari satu derajat Celsius di atas akhir abad ke-19. Jadi itulah yang membuat kita sangat dekat dengan pedoman 1,5 derajat Celsius, yang berarti keluar dari Perjanjian Iklim Paris,” jelasnya.
Alih-alih La Nina yang kuat pada tahun 2022, pendinginan Samudera Pasifik di sekitar khatulistiwa sedikit mengurangi suhu rata-rata global. Ini kebalikan dari El Nino, yang menghangatkan Pasifik dan biasanya mencapai puncaknya pada bulan Desember.
.
Berkeley Earth, suatu kelompok nirlaba ilmuwan yang independen, mengatakan ini merupakan rekor terpanas kelima, dan mencatat 28 negara merasakan tahun 2022 sebagai tahun terpanas, di antaranya adalah China, Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman dan Selandia Baru
Tahun 2022 sedikit lebih panas dibanding tahun 2021, tetapi secara keseluruhan tim ilmuwan itu mengatakan yang menjadi masalah besar adalah delapan tahun terakhir sejak tahun 2015, ketika bumi memiliki suhu yang lebih tinggi. Suhu udara delapan tahun terakhir ini lebih hangat 1 derajat Celsius dibanding masa pra industri. Sementara tahun 2022 lalu 1,1 derajat Celsius lebih hangat dibanding pertengahan abad ke-19.
Peran Schmidt di NASA melibatkan pengawasan pengumpulan data suhu untuk menghitung rata-rata suhu tahunan.
“Kami mengambil catatan stasiun cuaca dari negara-negara di seluruh dunia. Kami mengambil catatan kapal laut, pelampung laut, jaringan pelampung Argo yang melacak apa yang terjadi di lautan. Kami satukan semuanya. Kami mencoba mengoreksi jika ada hal-hal yang tidak berhubungan dengan iklim, seperti perpindahan stasiun dari satu tempat ke tempat lain, perubahan instrumentasi dan metodologi. Kami mencoba memasukkan semua itu. Kami mempertimbangkan ketidakpastian dari ekstrapolasi dan interpolasi antar stasiun, dan kapan kami menempatkan semua itu secara bersama-sama. Saat itu lah kami mendapatkan data sejak setidaknya akhir abad ke-19. Data ini berkorelasi langsung dengan peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi sepajang tahun,” imbuhnya.
Pendahulu Schmidt, ilmuwan iklim James Hansen, pada tahun 1988 memberi kesaksian tentang suhu panas yang memburuk. Tahun itu tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Tetapi kini tahun 1988 adalah tahun ke-28 terpanas dalam sejarah. [em/lt]