Kurang dari sepekan setelah membantu memastikan miliaran dolar bantuan militer tambahan untuk Ukraina dalam perangnya melawan Rusia, termasuk tank-tank buatan AS dan Jerman, para pejabat pertahanan senior AS mengalihkan fokus mereka ke kawasan Indo-Pasifik serta ancaman dari China dan Korea Utara yang kian besar.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin melakukan lawatan resminya yang keenam ke kawasan ini, memulainya Senin malam dengan pertemuan tingkat tinggi di Seoul, disusul lawatan ke Filipina untuk bertemu dengan presiden yang baru terpilih, Ferdinand Marcos Jr. dan tim pemimpin keamanan nasionalnya yang baru.
“Situasi keamanan di Indo-Pasifik berkembang semakin kompleks, yang kita lihat dari hari ke hari,” kata seorang pejabat pertahanan senior AS, seraya menyebut perilaku China dan Korea Utara yang semakin agresif.
Secara khusus, pejabat yang memberi keterangan kepada wartawan dengan syarat anonim sesuai peraturan dasar yang ditetapkan Pentagon itu mengutip “peningkatan tajam dalam perilaku operasional Republik Rakyat China (RRC) yang mendestabilisasi,” yang mencakup apa yang disebut sebagai “pencegatan di udara yang berbahaya” dan penggunaan “sekelompok besar kapal milisi maritim” oleh Beijing di Laut China Selatan.
BACA JUGA: AS Katakan Tidak Pertimbangkan Latihan Nuklir Bersama dengan KorselPara pejabat pertahanan AS juga menekankan keprihatinan mereka mengenai arsenal nuklir Korea Utara yang kian berkembang dan tes rudal balistiknya yang terus menerus, seraya menyebut jumlah tes peluncuran itu belum pernah terjadi sebelumnya.
Perilaku agresif Pyongyang telah menimbulkan kekhawatiran yang kian besar di Korea Selatan, di mana Presiden Yoon Suk Yeol awal bulan ini mengatakan bahwa Washington mungkin perlu mengerahkan lagi senjata nuklir ke Semenanjung itu atau bahwa Seoul dapat mulai mengembangkan arsenal nuklirnya sendiri.
Austin akan memanfaatkan pertemuan hari Selasa dengan Yoon dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup untuk menyoroti “komitmen kokoh Washington bagi penangkalan yang diperluas,” kata pejabat pertahanan senior AS lainnya.
Tetapi pejabat itu memperingatkan bahwa penempatan senjata nuklir AS di Korea Selatan tidak akan dibahas.
BACA JUGA: China Tangguhkan Visa bagi Warga Korsel“Kami berkomitmen bagi denuklirisasi Semenanjung Korea,” kata pejabat itu. “Fokus kami adalah menekankan pentingnya penangkalan diperluas … yang mencakup kemampuan penuh AS, di antaranya tentu saja kemampuan nuklir kami, kemampuan persenjataan konvensional kami, serta pertahanan misil kami.”
Ini juga mencakup peningkatan kerja sama dan pelatihan tambahan, termasuk dimulainya kembali latihan bersama AS-Korea Selatan dengan peluru tajam pada akhir tahun ini di semenanjung, setelah kegiatan ini terhenti selama beberapa tahun.
“Kami berkomitmen untuk berbuat lebih banyak,” tambah pejabat itu.
Para pejabat pertahanan AS juga diperkirakan akan membahas dukungan Seoul untuk Ukraina dan cara-cara AS dapat memperdalam kerja sama dengan industri pertahanan Korea Selatan, yang dipuji para pejabat sebagai pemimpin di dunia dalam hal persenjataan canggih. [uh/ab]