Kelompok beranggotakan tujuh negara berekonomi maju G7 mengecam keras pertempuran yang sedang berlangsung di Sudan antara dua faksi militer. Mereka mendesak semua pihak agar “mengakhiri permusuhan segera tanpa prasyarat.”
Hari Selasa (18/4), para menteri luar negeri G7 melansir komunike bersama setelah pertemuan dua setengah hari di Karuizawa, Jepang.
“Kami mengecam keras pertempuran yang sedang berlangsung antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), yang mengancam keamanan dan keselamatan warga sipil Sudan serta melemahkan upaya-upaya untuk memulihkan transisi demokrasi Sudan,” kata pernyataan bersama G7.
“Kami meminta semua aktor untuk meninggalkan kekerasan, kembali ke perundingan, dan mengambil langkah-langkah aktif untuk mengurangi ketegangan serta menjamin keselamatan seluruh warga sipil, termasuk personel diplomatik dan bantuan kemanusiaan.”
Pernyataan bersama itu muncul di tengah-tengah laporan bahwa sebuah kendaraan lapis baja kedutaan besar AS menjadi sasaran pasukan yang terkait dengan RSF selama melonjaknya kekerasan di Khartoum. Hari Senin, Uni Eropa mengatakan utusannya untuk Sudan diserang di kediamannya.
“Saya dapat mengukuhkan bahwa kemarin, satu konvoi diplomatik Amerika ditembaki. Semua staf kami aman dan tidak cedera. Tetapi tindakan ini ceroboh, tidak bertanggung jawab, dan tentu saja tidak aman,” kata menteri luar negeri AS Antony Blinken kepada VOA dalam konferensi pers setelah pertemuan para menteri G7 berakhir.
BACA JUGA: Para Menlu G7 Soroti Kekhawatiran Mengenai Rusia, ChinaHari Selasa, Blinken berbicara secara terpisah dengan Jenderal Abdel Fattah al Burhan, panglima Angkatan Bersenjata Sudan, dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, panglima RSF. Blinken mendesak mereka agar menyetujui gencatan senjata 24 jam untuk memungkinkan rakyat Sudan kembali berkumpul dengan keluarga mereka dengan selamat dan untuk mendapatkan pasokan bantuan yang sangat diperlukan.
Blinken mengatakan ia telah menjelaskan kepada Burhan dan Hemedti bahwa “setiap serangan, ancaman atau bahaya terhadap para diplomat AS sama sekali tidak dapat diterima.”
Gedung Putih telah mengatakan bahwa belum ada rencana evakuasi pemerintah AS.
Blinken juga mengatakan Selasa bahwa Departemen Luar Negeri akan terus “mengambil setiap langkah yang bertanggung jawab untuk memastikan orang-orang kami aman dan selamat,” ketika ditanya VOA apakah ada rencana evakuasi terkait perkembangan terbaru di lapangan.
Kedua faksi militer yang bertempur untuk menguasai ibu kota Sudan, Khartoum, mengklaim telah mencapai kemajuan, sementara korban tewas akibat kekerasan telah melampaui 180 di tengah-tengah seruan dari Washington, banyak lembaga internasional dan pemerintah negara-negara asing bagi gencatan senjata segera.
Di Washington, para anggota parlemen AS juga mengecam pertempuran di Sudan antara militer dan pasukan paramiliter. [uh/ab]