Iran Tangkap 9 Pengikut Baha'i dengan Tuduhan Korupsi

Para penganut Baha'i, kelompok minoritas di Iran (foto: ilustrasi).

Kementerian Intelijen Iran hari Minggu (13/8) menangkap sembilan pengikut keyakinan Baha'i terkait sejumlah tuduhan korupsi, termasuk pencucian uang dan penggelapan pajak.

Baha'i, kelompok minoritas nonMuslim terbesar di Iran, dicap sebagai pemerintah sebagai bid’ah dan kerap menjadi sasaran karena diduga memiliki hubungan dengan Israel, di mana terdapat sejumlah tempat suci paling penting dan sekaligus markas besar Baha'i di dunia.

Kementerian itu lebih jauh mengatakan penangkapan itu menarget anggota-anggota Baha'i di ibu kota, Teheran, yang dikatakan memiliki “20 apotek, tiga perusahaan kosmetik dan beberapa gudang tidak resmi.”

“Sembilan orang telah ditangkap, sedangkan 40 apotek dan gudang disita,” kata kementerian itu seraya menuduh mereka “telah melakukan semua bentuk pelanggaran dan kejahatan,” termasuk “penyelundupan dan penimbunan obat-obatan, penipuan, pencucian uang… dan penghindaran pajak.”

BACA JUGA: Iran Tangkap Penganut Baha’i yang Dituduh Terkait Israel

Iran, di mana Islam beraliran Syiah menjadi agama mayoritas, mengakui adanya beberapa agama minoritas, termasuk Kristen, Yahudi dan Zoroaster. Meskipun demikian, Iran tidak mengakui Baha'i, yang mengikuti ajaran Bahaullah yang lahir pada tahun 1817 dan mereka anggap sebagai nabi dan pendiri keyakinan monoteistik Baha'i.

Pihak berwenang Iran juga telah menangkap sejumlah anggota Baha'i pada bulan Juli lalu, karena diduga terkait dengan BAYT AL-ADL, atau Bahais’ Universal House of Justice, di kota pesisir Haifa, Israel.

Jauh sebelum Revolusi Islam di Iran tahun 1979, yaitu sejak munculnya keyakinan ini pada paruh kedua abad ke-19, kelompok Baha'i telah menyampaikan keluhan terhadap perlakuan diskriminatif di Iran. Kelompok Baha'i mengklaim memiliki lebih dari tujuh juta pengikut di seluruh belahan dunia, termasuk sekitar 300 ribu orang di Iran. [em/ka]