Hubungan Korea Utara-Jepang Berpotensi Mencair?

FILE - Seorang pejalan kaki berjalan melewati layar televisi yang menayangkan laporan berita tentang peluncuran rudal Korea Utara, di Tokyo, 18 Desember 2023.

Pada awal tahun, ketika Jepang bagian barat mencoba bangkit dari gempa bumi yang menewaskan lebih dari 200 orang dan merusak puluhan ribu rumah, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengirimkan pesan “simpati dan belasungkawa” kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Pesan Kim, yang diterbitkan di surat kabar utama Korea Utara, singkat dan dalam banyak hal tidak biasa. Namun, hal itu juga menunjukkan sikap damai, mengingat kedua negara tidak memiliki hubungan formal dan media propaganda pemerintah Korea Utara sering melontarkan hinaan keras kepada para pemimpin Jepang.

BACA JUGA: Jepang Luncurkan Satelit untuk Awasi Rudal Korea

Lebih dari sebulan kemudian, Korea Utara kini memberikan lebih banyak petunjuk bahwa mereka mungkin bersedia memperbaiki hubungan dengan Jepang, meski banyak analis skeptis dengan hal itu.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam (15/2), Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara yang berkuasa, dengan hati-hati memuji pernyataan “positif” Kishida, yang pekan lalu mengatakan kepada anggota parlemen Jepang bahwa “sangat penting” bahwa ia mengambil inisiatif untuk membangun hubungan tingkat tinggi dengan Pyongyang.

“Saya pikir tidak ada alasan untuk tidak menghargai pidatonya baru-baru ini sebagai pidato yang positif, jika hal itu didorong oleh niatnya yang sebenarnya untuk dengan berani melepaskan diri dari masa lalu dan meningkatkan hubungan Korea Utara-Jepang,” kata Kim.

BACA JUGA: Adik Kim Jong Un Bahas 'Masa Depan Baru' Antara Korea Utara-Jepang

Kim, yang bersikeras bahwa komentar tersebut hanya mencerminkan “pandangan pribadinya,” juga tampaknya merujuk pada keinginan Kishida yang sering disebut-sebut ingin melangsungkan pertemuan puncak dengan kakaknya. Namun, katanya, kunjungan Kishida ke Pyongyang hanya akan mungkin terjadi jika Jepang berhenti menarget program nuklir dan rudal Korea Utara dan tidak mengangkat isu penculikan warga negara Jepang yang “sudah diselesaikan” oleh Korea Utara.

Jepang mungkin akan sulit menerima kondisi tersebut. Yoshimasa Hayashi, juru bicara utama pemerintah Jepang, pada hari Jumat (16/2) tidak menjelaskan bagaimana Tokyo memandang komentar Kim, namun dia mengatakan Jepang tidak dapat menerima jika masalah penculikan dianggap selesai.

“Kami tetap tidak berubah – Jepang bermaksud menyelesaikan secara komprehensif masalah-masalah yang tertunda, seperti nuklir dan rudal serta penculikan,” kata Hayashi kepada para wartawan. [lt/em]