Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Senin (18/3) mengatakan negaranya mungkin akan menghadapi perang dengan Azerbaijan. Ancaman tersebut muncul jika Armenia tidak berkompromi dengan negara tetangganya itu, terkait pengembalian sejumlah wilayah strategis Azerbaijan, yang dikuasai Armenia sejak awal 1990-an.
Pashinyan berbicara dalam pertemuan pada Senin dengan warga di Tavush, kawasan perbatasan di Armenia bagian utara. Wilayah ini dekat dengan deretan desa-desa kecil di Azerbaijan yang sudah dikuasai Armenia sejak fase-fase awal konflik panjang selama tiga dekade kedua negara, yang bermula pada awal 1990.
“Sekarang kita bisa pergi dari sini, mari kita kesana dan katakan ke Azerbaijan bahwa tidak, kita tidak akan melakukan apapun. Hal ini berarti bahwa pada akhir pekan nanti, perang akan dimulai,” kata Pashinyan dalam sebuah rekaman pertemuan yang dibagikan oleh pemerintahannya.
Dia berbicara di sela kunjungannya ke desa-desa di Voskepar dan Kirants di wilayah Tavush, Armenia, di mana dia bertemu dengan sejumlah pejabat dan warga lokal.
Pemimpin Armenia ini berulangkali memberi sinyal dalam beberapa pekan terakhir, bahwa dia berkenan untuk berkunjung kembali ke desa-desa di Azerbaijan, yang berperan penting bagi negara itu, karena mereka menguasai jalur utama ke arah utara, menuju perbatasan dengan Georgia.
Azerbaijan telah menyatakan, bahwa pengembalian wilayah mereka adalah persyaratan penting untuk kesepakatan damai, guna mengakhiri konflik selama tiga dekade atas wilayah Nagorno-Karabakh, yang telah direbut kembali oleh Azerbaijan pada September lalu.
Kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka ingin menandatangani perjanjian damai, tetapi pembicaraan menjadi macet dalam sejumlah isu, termasuk penetapan atas perbatasan sepanjang seribu kilometer untuk kedua negara, yang saat ini tertutup dan dipenuhi kekuataan militer dalam skala besar.
Baik Armenia maupun Azerbaijan terus menduduki wilayah-wilayah yang secara internasional diakui sebagai wilayah milik lawan. [ns/uh]