Tanggapan Diaspora Indonesia soal Penembakan di Moskow

  • Karlina Amkas

Tim penyelamat bekerja di dalam Balai Kota Crocus di pinggiran Moskow, 23 Maret 2024, menyusul serangan hari Jumat (22/3), yang diklaim oleh kelompok ISIS.

Seorang diaspora Indonesia di Rusia mengingat kembali penembakan di gedung konser di pinggiran Moskow. Beberapa jam sebelum peristiwa, ia berada di kompleks gedung tersebut. Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow menyatakan, sampai saat ini tidak ada warga negara Indonesia yang terdampak.

Penembakan di gedung konser di pinggiran kota Moskow terjadi pada Jumat malam lalu, 22 Maret. Kalau terjadi sehari lebih cepat?

“Pasti korban dari Indonesia akan banyak,” cetus diaspora Indonesia Laurentius Raymond Junior Pardamaian Sihombing.

Ia menuturkan, di dalam bangunan yang sama, baru saja digelar Moscow International Travel and Tourism Exhibition 2024. “Itu bangunan besar,” cetus Sihombing. “Tempat publik terbesar di luar kota Moskow.” Ia menambahkan, “Di satu lokasi yang sama ada tempat konser, ada tempat pameran. Ada mall, ada hotel, bahkan ada oceanarium. Jadi, kayak Seaworld gitu. Besar sekali, terus ada macam-macam di situ.”

Pameran wisata itu, kata Sihombing, berlangsung tiga hari, mulai 19 Maret. Indonesia berpartisipasi dalam pameran itu. Peserta pameran datang mewakili beberapa daerah wisata di Indonesia. Jadi, kata Sihombing, selama tiga hari itu, banyak sekali orang Indonesia di dalam bangunan tersebut.

Pada hari penembakan, kata Sihombing, ia berada di sekitar lokasi, makan malam dengan seorang pengusaha Rusia yang hendak membuka usaha di Indonesia.

“Ada meeting di satu restoran di gedung itu, di mall-nya. Jalan, mungkin sekitar empat sampai lima menit dari tempat kejadian itu, tempat konser itu.”

Pemandangan Balai Kota Crocus yang terbakar menyusul serangan mematikan di tempat konser di luar Moskow, Rusia, 26 Maret 2024.

Ketika penembakan terjadi, Sihombing turun ke stasiun di bawah tanah bangunan, dan naik kereta api kembali ke Moskow. Di luar stasiun Moskow, dia mengaku terkaget-kaget mendengar berita penembakan dengan begitu banyak korban.

Kengerian sempat menyelimuti bapak dari dua anak, mengingat baru beberapa menit sebelumnya ia berada sangat dekat dengan lokasi kejadian. Sebagai penyanyi dan penggemar konser, Sihombing mengatakan bahwa ia sering menonton pertunjukan di gedung konser dengan kapasitas 6000 penonton itu karena…

"Itu tempat konser yang lumayan bagus akustiknya. Tiketnya juga tidak terlalu mahal.”

Ia menambahkan bahwa gedung konser tersebut sangat populer. Selain bangunannya yang luas dan menyatu dengan fasilitas lain, banyak artis terkenal dari Amerika, Eropa, maupun dalam negeri Rusia, yang manggung di tempat tersebut.

Sejarah mencatat, itu adalah penembakan yang paling banyak menelan korban di Rusia. Korban tewas tercatat 137 dan yang terluka 182 orang.

BACA JUGA: Kecam Serangan Teroris di Moskow, Kemlu: Tidak Ada WNI Jadi Korban

Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI di Moskow Fattah Hardiwinangun mengatakan begitu penembakan di Crocus City Hall terjadi, KBRI langsung merilis edaran yang meminta warga Indonesia di Moskow dan Moscow Region (pinggiran kota Moskow) agar segera melaporkan ke Hotline KBRI apabila berada atau mengetahui ada WNI yang sedang berada di TKP.

Sampai tiga hari berikutnya, kata Fattah, KBRI Moskow terus berkoordinasi dengan Otoritas setempat, untuk memastikan ada tidaknya WNI yang menjadi korban atau sedang dirawat.

“Alhamdulillah, sampai saat ini tidak ada WNI yang terdampak. Kami ulangi, tidak ada WNI yang terdampak dari kejadian di Crocus City Hall.”

KBRI, lanjut Fattah, mengingatkan seluruh WNI di wilayah Federasi Rusia untuk meningkatkan kewaspadaan diri, terutama di tempat-tempat umum dan selalu membawa paspor.

“Dalam keadaan mendesak agar menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow di nomor Hotline +79 8575 024 10.”

Rusia ini negara dokumen, kata Sihombing, yang berprofesi pengacara dan sudah belasan tahun tinggal di Moskow. Di mana pun, kata Sihombing, sering ada pemeriksaan dokumen. Satu-satunya tanda pengenal kita adalah paspor karena Rusia tidak mengeluarkan KTP untuk orang asing, ujarnya.

Kelompok ISIS di Afghanistan, dikenal dengan sebutan ISIS-K, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Walaupun menyatakan bahwa Muslim radikal adalah pelaku penembakan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (25/3) mengatakan bahwa pola serangan itu cocok dengan strategi serangan yang dilancarkan Ukraina. [ka/ab]